Konsep Pembelajaran Tematik Secara Lengkap Minggu, 17 Maret 2019 Tambah Komentar Edit Baca JugaGenerasi Cilik Indonesia Berhasil, Didapat Dengan Metode Pembelajaran Yang TepatInduksi Versus DeduksiHari Pendidikan Nasional Pendidikan Gagal Membentuk Aksara Anak Bangsa pembelajaran tematik ini, terlebih dahulu ikutilah pembicaraan beberapa guru SD/MI di suatu sekolah seolah-olah berikut. Bu Atik:” Bapak, ibu, saya kok belum paham benar ya, perihal pembelajaran tematik. Kalau bapak dan ibu gimana?. Tolong saya dibantu ya.” Bu Teri :” Sama bu. Saya juga tidak mengerti. Malah masih bingung. Ada yang memberikan pembelajaran tematik itu ibaratnya seolah-olah es jus. Tapi juga ada yang memberikan seolah-olah es campur. Apa ya artinya?” Bu Mery:” Kalau saya dapatnya pembelajaran tematik seolah-olah kudapan manis lapis. Meskipun satu tema dalam beberapa mapel, namun setiap mapel tetap saja diajarkan sendiri-sendiri. Yang benar gimana ya?” Pak Dandy:” Iya ya. Kita harus mencari gosip yang lengkap perihal pembelajaran tematik, semoga kita lebih mantap dalam melaksanakan.” Setelah mempelajari bahan ini diharapkan Anda sanggup menjelaskan perihal pembelajaran tematik yang berkaitan dengan: pengertian, karakteristik, manfaat, dan rambu-rambu pembelajaran tematik. Pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh para guru tersebut di atas sering sekali muncul dalam pertemuan-pertemuan di sekolah atau forum-forum guru. Untuk menjawab pertanyaan di atas, seyogyanya para guru mengingat kembali pengetahuan yang telah didapat ketika mempelajari pembelajaran terpadu. Pada dasarnya pembelajaran tematik merupakan terapan dari pembelajaran terpadu yang telah dikenal oleh sebagian besar guru SD/MI melalui jenjang peningkatan kualifikasi D-II PGSD. Secara teori ada 2 pakar pengembang pembelajaran terpadu yaitu: Jacobs dan Fogarty. Menurut Jacobs (1989) bila ditinjau dari sifat bahan dan cara memadukan ada 5 model pembelajaran terpadu yaitu: indicipliner based model (model berbasis pembelajaran terpisah), parallel model (model paralel), multidisciplinary model (model keterkaitan antar mata pelajaran), interdisciplinary model (model interdisipliner), dan integrated model (model terpadu). Sedangkan Fogarty (1991) menyebarkan 10 model pembelajaran terpadu yang ditinjau dari sifat materi, dan cara memadukan konsep, keterampilan dan unit tematiknya. Adapun kesepuluh model tersebut adalah: Connected model (model hubungan/model terkait), Webbed model (model jaring laba-laba), Integrated model (model terpadu), Fragmented model (model terpisah), Nested model (model gugusan), Sequenced model (model urutan), Shared model (model gabung bagian), Threaded model (model rajutan), Innersed model (model celup), Networked model (model jaringan). Dari kesepuluh model yang dikembangkan Forgarty ini, hanya 3 model yang dikembangkan atau dikenalkan di PGSD yaitu connected model, webbed model, dan integrated model. Pembelajaran tematik yang diharapkan berkembang di SD/MI ketika ini mengarah pada penggabungan dari webbed model (model jaring laba-laba) dan integrated model (model terpadu). Hal ini terlihat dari bahan sosialisasi tematik yang dilaksanakan oleh Depdiknas yang menghendaki pembelajaran menjadi utuh sehingga akseptor didik mendapatkan pengertian mengenai proses dan bahan yang tidak terpecah-pecah atau terkotak-kotak. Penggabungan model jaring laba-laba dan model terpadu yang dimaksud ialah penggunaan tema untuk menggabungkan beberapa mapel dengan menetapkan prioritas dari kurikulum untuk menemukan keterkaitan antar mapel. Sehingga akseptor didik akan memperoleh pandangan kekerabatan yang utuh perihal aktivitas dari ilmu yang berbeda-beda. Dengan demikian akseptor didik akan simpel menghubungkan dan mengaitkan materi-materi dari beberapa mapel. A. Pengertian Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan atau memadukan beberapa kompetensi dasar (KD) dan indikator dari kurikulum/Standar Isi (SI) beberapa mapel menjadi satu kesatuan untuk dikemas dalam satu tema. Dengan adanya kaitan tersebut maka akseptor didik akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi akseptor didik. Bermakna di sini menunjukkan arti bahwa pada pembelajaran tematik akseptor didik akan sanggup memahami konsep-konsep yang saling terkait dari beberapa mapel yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan usia akseptor didik. Menurut Tim Pusat Kurikulum (2006) tanda dari kebermaknaan mencar ilmu bagi akseptor didik ialah terjadi kekerabatan antara aspek-aspek, konsep-konsep, gosip atau situasi baru dengan komponen-komponen yang relevan di dalam struktur kognitif akseptor didik. Proses mencar ilmu tidak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi merupakan aktivitas menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh sehingga konsep-konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak simpel dilupakan. Jika dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran yang konvensional, pembelajaran tematik diharapkan lebih menekankan pada pengalaman dan kebermaknaan akseptor didik dalam belajar, sehingga akseptor didik memperoleh pemahaman yang utuh dalam proses pembelajaran yang mengaitkan antar mapel. Hal ini sejalan dengan panduan dari Depdiknas (2003) yang menyatakan bahwa pengalaman mencar ilmu akseptor didik menempati posisi penting dalam usaha meningkatan kualitas lulusan. Untuk itu guru dituntut harus bisa merancang dan melakukan aktivitas pengalaman mencar ilmu dengan tepat. Setiap akseptor didik memerlukan bekal pengetahuan dan kecakapan semoga sanggup hidup di masyarakat dan bekal ini diharapkan diperoleh melalui pengalaman mencar ilmu di sekolah. Oleh karena itu pengalaman mencar ilmu di sekolah sedapat mungkin menunjukkan bekal kepada akseptor didik untuk mencapai kecakapan dalam berkarya. B. Karakteristik Pembelajaran TematikMenurut Tim Puskur (2006), pendekatan pembelajaran tematik memiliki karakteristik sebagai berikut. Pembelajaran berpusat pada akseptor didik. Pembelajaran tematik dikatakan sebagai pembelajaran yang berpusat pada anak, karena pada dasarnya pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menunjukkan keleluasaan pada akseptor didik, baik secara individu maupun kelompok. Peserta didik diharapkan sanggup aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya. Memberikan pengalaman pribadi kepada anak. Pembelajaran tematik diprogramkan untuk melibatkan akseptor didik secara pribadi dalam pembelajaran yang mengaitkan antar konsep dan prinsip yang dipelajari dari beberapa mapel. Sehingga akseptor didik akan memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang dialami, bukan sekedar gosip dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator dan katalisator yang membimbing ke arah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Sedangkan akseptor didik sebagai pemain drama pencari fakta dan gosip untuk menyebarkan pengetahuannya. Pemisahan mapel tidak kelihatan atau antar mapel menyatu. Pembelajaran tematik memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mapel sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Sehingga memungkinkan akseptor didik untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi yang utuh. Menyajikan konsep dari berbagai mapel dalam suatu proses pembelajaran sehingga bermakna. Pembelajaran tematik mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan antar pengetahuan yang dimiliki akseptor didik, sehingga berdampak kebermaknaan dari bahan yang dipelajari akseptor didik. Hasil nyata akan didapat dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang dipelajari. Hal ini diharapkan akan berdampak pada kemampuan akseptor didik untuk memecahkan masalah-masalah yang nyata dalam kehidupannya. Hasil pembelajaran sanggup berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak. Pada pembelajaran tematik dikembangkan pendekatan PAKEM (pembelajaran yang aktif kreatif efektif dan menyenangkan) yang melibatkan akseptor didik secara aktif dalam proses pembelajaran dengan melihat bakat, minat, dan kemampuan akseptor didik sehingga memungkinkan akseptor didik termotivasi untuk mencar ilmu terus menerus. C. Manfaat Pembelajaran TematikMenurut Tim Puskur (2006) ada beberapa manfaat yang sanggup dipetik dari pelaksanaan pembelajaran tematik. Banyak materi-materi yang tertuang dalam beberapa mapel memiliki keterkaitan konsep, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan utuh. Peserta didik simpel memusatkan perhatian karena beberapa mapel dikemas dalam satu tema yang sama. Peserta didik sanggup mempelajari pengetahuan dan menyebarkan berbagai kompetensi beberapa mapel dalam tema yang sama. Pembelajaran tematik melatih akseptor didik untuk semakin banyak membuat kekerabatan beberapa mapel, sehingga akseptor didik bisa memproses gosip dengan cara yang sesuai daya pikirnya, dan memungkinkan berkembangnya jaringan konsep. Menghemat waktu karena beberapa mapel dikemas dalam tema dan disajikan secara terpadu dalam alokasi pertemuan-pertemuan yang direncanakan. Waktu yang lain sanggup digunakan untuk pemantapan, pengayaan, pembinaan keterampilan dan remidial. D. Rambu-rambu Pembelajaran TematikMenurut Tim Puskur (2006) ada beberapa rambu yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik sebagai berikut. Tidak semua mapel sanggup dipadukan atau dikaitkan. KD yang tidak sanggup dipadukan atau diintegrasikan jangan dipaksakan untuk dipadukan. Akan lebih baik bila dibelajarkan secara sendiri-sendiri. KD yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara mandiri. Untuk akseptor didik kelas I hingga II aktivitas ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral. Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik akseptor didik, minat, lingkungan, daerah setempat, dan cukup problematik atau populer. E. Implikasi Pembelajaran TematikImplikasi bagi guru dan akseptor didik Bagi guru Pembelajaran tematik memerlukan guru yang kreatif, baik dalam menyiapkan kegiatan/pengalaman mencar ilmu yang bermanfaat bagi akseptor didik, juga dalam memilih KD dari berbagai mapel, serta mangaturnya semoga pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, dan menyenangkan. Bagi akseptor didik Peserta didik harus siap mengikuti aktivitas pembelajaran yang dalam pelaksanaannya dimungkinkan untuk bekerja baik secara individual, kelompok, atau klasikal. Peserta didik harus siap mengikuti aktivitas pembelajaran yang bervariasi secara aktif, misalnya: melakukan diskusi kelompok, mengadakan penelitian sederhana, dan pemecahan masalah. Implikasi terhadap sarana prasarana, sumber, dan media pembelajaran Pembelajaran tematik dalam pelaksanaannya memerlukan berbagai sarana prasarana belajar. Perlu memanfaatkan sumber mencar ilmu baik yang sifatnya didesain khusus untuk keperluan pembelajaran, maupun sumber mencar ilmu yang tersedia di lingkungan sekitar. Perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran yang bervariasi, sehingga sanggup membantu akseptor didik memahami konsep-konsep yang abstrak. Dapat menggunakan buku latih yang sudah ada ketika ini untuk masing-masing mapel dan dimungkinkan menggunakan buku suplemen khusus yang memuat bahan latih yang terintergrasi. Implikasi terhadap pengaturan ruang Dalam aktivitas pembelajaran tematik perlu pengaturan ruang semoga suasana mencar ilmu menyenangkan. Ruang sanggup ditata, disesuaikan dengan tema yang sedang dilaksanakan. Susunan kursi akseptor didik sanggup diubah-ubah disesuaikan dengan keperluan pembelajaran yang sedang berlangsung. Peserta didik tidak selalu duduk di kursi, tetapi sanggup duduk di tikar/karpet. Kegiatan hendaknya bervariasi dan sanggup dilaksanakan baik di dalam maupun di luar kelas. Dinding kelas sanggup dimanfaatkan untuk memajang hasil karya akseptor didik dan dimanfatkan sebagai sumber belajar. Alat, sarana, dan sumber mencar ilmu hendaknya dikelola sehingga memudahkan akseptor didik-peserta didik untuk menggunakan dan menyiapkan kembali. Semoga setelah Anda membaca uraian perihal konsep pembelajaran tematik di atas, maka pertanyaan-pertanyaan perihal pengertian, karakteristik, manfaat, rambu-rambu pembelajaran tematik sanggup Anda jelaskan. Begitu juga jikalau pertanyaan yang datang dari guru lain seolah-olah yang disampaikan di awal, mari belajar. [Konsep Pembelajaran Tematik Secara Lengkap - Dra. Sukajati, M.Pd. Widyaiswara PPPPTK Matematika] Contoh Proses Belajar Mengajar yang dianjurkan pada Kurikulum 2013, mungkin video berikut sanggup membantu; Bagikan Artikel ini
Belum ada Komentar untuk "Konsep Pembelajaran Tematik Secara Lengkap"
Posting Komentar