Belajar Memahami Etika Siswa Dengan Pinjaman Buku Personality Plus Sabtu, 23 Maret 2019 Tambah Komentar Edit Baca JugaKurikulum 2013: Buku Guru Dan Buku Siswa Kelas Ii (Dua) SdKurikulum 2013: Buku Guru Dan Buku Siswa Kelas V (Lima) SdKarakteristik Gaya Berguru Yang Perlu Kita Ketahui Olimpiade Mathematic Science Competition [MSC] 2015 menyatukan kami kurang lebih selama 2 hari. Dalam 2 hari ini pula dalam keadaan serius, santai, lelah, emosi, sedih dan tertawa kami lalui bersama. Semuanya balasan dengan baik dan kami harap semua pengalaman yang kami peroleh mampu kami ambil jadi pembelajaran untuk hari ini dan besok yang lebih baik. Cerita wacana "tersenyum sendiri" itu yaitu serpihan dari kiprah guru yaitu menjadi seorang pengamat dan psikologi. Saya pernah membaca buku Personality Plus karangan Florence Littauer yang menceritakan bahwa ada empat referensi watak dasar manusia. Sebagai seorang guru, sudah mengertikah kita bagaimana cara membangkitkan motivasi para anak didik kita?. Banyak guru [saya juga] sering bingung dan tidak habis pikir dan kadang hampir stress karena watak keras anak didik kita. Bahkan karena tidak mengertinya guru akan watak anak didik para guru sering menjadi apatis atau tidak perduli terhadap perkembangan anak didiknya terkadang juga guru beranggapan bahwa anak didiknya sudah kelewatan, tidak dapat diajari lagi dan harus dikeluarkan dari sekolah. Keadaan mirip ini sudah sering kita jumpai di sekolah-sekolah. Apabila kita lakukan penelitian mendasar mirip apa yang disampaikan Florence Littauer pada bukunya mungkin dapat kita jadikan suatu pembelajaran atau catatan embel-embel dalam menengenali anak didik kita. Bagaimana Florence Littauer bercerita dibukunya, berikut kita ambil garis besar yang mungkin mampu kita jadikan catatan mirip disebutkan diawal. Ketika mengamati watak siswa kita akan tersenyum sendiri karena kita sudah menemukan cara bagaimana untuk menyenangkan anak didik kita tersebut atau kita tahu siswa kita masuk kategori watak yang mana. Florence Litteur, pada buku Personality Plus menguraikan, ada empat referensi watak dasar manusia; Sanguinis, “yang populer”Mereka ini cenderung ingin populer, ingin disenangi oleh orang lain. Hidupnya penuh dengan bunga warna-warni. Mereka senang sekali bicara tanpa dapat dihentikan. Gejolak emosinya bergelombang dan transparan. Pada suatu ketika ia berteriak kegirangan, dan beberapa ketika kemudian ia dapat jadi menangis tersedu-sedu. Namun, orang-orang sanguinis ini sedikit agak pelupa, sulit berkonsentrasi, cenderung berpikir ‘pendek’, dan hidupnya serba tak beraturan. Jika suatu kali Anda lihat meja kerja anak didik Anda cenderung berantakan, agaknya dapat jadi ia sanguinis. Kemungkinan besar ia pun kurang dapat berdisiplin dengan waktu, sering lupa pada janji, apalagi bikin planning/rencana. Namun, kalau disuruh melaksanakan sesuatu, ia akan dengan cepat mengiyakannya dan terlihat sepertinya betul-betul hal itu akan ia lakukan. Dengan semangat sekali ia ingin buktikan bahwa ia dapat dan akan segera melakukannya. Tapi percayalah, beberapa hari kemudian ia tak lakukan apa pun juga. Melankolis, “yang sempurna”Agak berseberangan dengan si sanguinis. Cenderung serba teratur, rapi, terjadwal, dan tersusun sesuai pola. Umumnya mereka ini suka dengan fakta-fakta, data-data, angka-angka, dan sering sekali memikirkan segalanya secara mendalam. Dalam sebuah pertemuan, orang sanguinis selalu saja mendominasi pembicaraan. Namun, orang melankolis cenderung menganalisis, memikirkan, dan mempertimbangkan. Lalu, kalau bicara pastilah apa yang ia katakan betul-betul merupakan hasil yang ia pikirkan secara mendalam sekali. Orang melankolis selalu ingin serba sempurna. Segala sesuatu ingin teratur. Karena itu jangan heran jikalau ada peserta didik kita yang buku catatan harus tertata denganrapi baru dia dapat belajar. Begitu juga dengan meja mencar ilmu orang ‘melankolis’ akan betul-betul ia tata apik sekali, sehingga warnanya, jenisnya, dan penjabaran pemakaiannya sudah ia perhitungkan dengan rapi. Kalau perlu ia tuliskan satu per satu tata letak setiap jenis buku-buku di lemarinya. Ia akan dongkol sekali kalau susunan itu tiba-tiba jadi lain. Koleris, “yang kuat”Mereka ini suka sekali mengatur orang, suka tunjuk-tunjuk atau perintah-perintah orang. Ia tak ingin ada penonton dalam aktivitasnya. Bahkan, tamu pun dapat saja ia ‘suruh’ melalukan sesuatu untuknya. Akibat sifatnya yang ‘bossy’ itu membuat orang-orang koleris tidak punya banyak teman. Orang-orang berusaha menghindar, menjauh semoga tak jadi ‘korban’ karakternya yang suka ‘ngatur’ dan tak mau kalah itu. Orang koleris senang dengan tantangan, suka petualangan. Mereka punya rasa, “Hanya saya yang dapat merampungkan segalanya; tanpa saya awut-awutan semua.” Karena itu mereka sangat goal oriented, tegas, kuat, cepat, dan tangkas mengerjakan sesuatu. Baginya tak ada istilah tidak mungkin. Seorang wanita koleris, mau dan berani naik tebing, memanjat pohon, bertarung ataupun memimpin peperangan. Kalau ia sudah kobarkan semangat “Ya pasti jadi...!” maka hampir mampu dipastikan apa yang akan ia lakukan akan tercapai mirip yang ia katakan. Sebab ia tak simpel menyerah, tak simpel pula mengalah. Flegmatis atau “cinta damai”Kelompok ini tidak suka terjadi konflik, karena itu disuruh apa saja ia mau lakukan, sekalipun ia sendiri tidak suka. Baginya kedamaian yaitu segala-galanya. Jika timbul dilema atau pertengkaran, ia akan berusaha mencari solusi yang tenang tanpa timbul pertengkaran. Ia mau merugi sedikit atau rela sakit, asalkan masalahnya tidak terus berkepanjangan. Kaum flegmatis kurang bersemangat, kurang teratur, dan serba dingin. Cenderung diam, kalem, dan kalau memecahkan dilema umumnya sangat menyenangkan. Dengan sabar ia mau jadi pendengar yang baik, tapi kalau disuruh untuk mengambil keputusan ia akan terus menunda-nunda. Kalau anda lihat tiba-tiba ada sekelompok orang berkerumun mengelilingi satu orang yang asyik bicara terus, maka pastilah para pendengar yang berkerumun itu orang-orang flegmatis. Sedang yang bicara tentu saja sang sanguinis. Kadang sedikit serba salah berurusan dengan para flegmatis ini. Ibarat keledai, “kalau didorong ngambek, tapi kalau dibiarin nggak jalan”. Jadi kalau Anda punya siswa flegmatis, Anda harus rajin memotivasi hingga ia termotivasi sendiri. Sekarang Anda masuk golongan mana? Coba ingat-ingat anak didik kita yang suka mengatur waktu diskusi, yang diam saja atau yang suka tertawa. Apakah Anda sekarang mulai mengerti mengapa anak didik kita bertingkah laku “seperti itu” selama ini. Dan, Anda pun akan tertawa sendiri mengingat-ingat aneka macam perilaku dan peristiwa selama ini. Tapi apakah persis begitu? Tentu saja tidak. Florence Litteur, menurut penelitiannya bertahun-tahun telah melihat bahwa ternyata keempat watak itu pada dasarnya juga dimiliki setiap orang. Yang beda hanyalah ‘kadarnya’. Oleh karena itu muncullah beberapa kombinasi watak manusia. Koleris - SanguinisArtinya kedua watak itu mayoritas sekali dalam menghipnotis cara kerja dan referensi hubungannya dengan orang lain. Di sekitar kita aneka macam orang-orang tipe koleris-sanguinis ini. Ia suka mengatur-atur orang, tapi juga senang bicara [dan simpel juga jadi pelupa]. Koleris - MelankolisMungkin Anda akan kurang suka bergaul dengan dia. Bicaranya dingin, kalem, baku, suka mengatur, tak mau kalah dan terasa kadang menyakitkan [walaupun gotong royong ia tidak bermaksud begitu]. Setiap balasan Anda selalu ia kejar hingga mendalam. Sehingga kadang serasa diintrogasi, karena memang ia ingin sempurna, tahu secara lengkap dan agak dingin. Menghadapi orang koleris-melankolis, Anda harus pahami saja sifatnya yang memang ‘begitu’ dan tingkatkan kesabaran Anda. Yang penting sekarang Anda tahu, bahwa ia gotong royong juga baik, namun tampak di permukaan kadang kurang simpatik, itu saja. Flegmatis - MelankolisPembawaannya diam, tenang, tapi ingat… semua yang Anda katakan akan ia pikirkan, ia analisis. Lalu, ketika mengambil keputusan pastilah keputusannya menurut perenungan yang mendalam dan ia pikirkan matang-matang. Banyak lagi tentunya kombinasi yang ada pada anak didik kita. Akan tetapi yang penting yaitu bagaimana memanfaatkannya dalam aneka macam program pembelajaran. Jika para guru mengerti sifat dan watak ini, mereka akan cenderung berusaha untuk menyikapinya perbedaan watak itu secara bijaksana. Begitulah, insan memang amat beragam. Muncul sedikit tanda tanya, di antara semua watak itu, mana yang paling baik? Jawabannya, menurut Florence, tak ada yang paling baik. Semuanya baik. Tanpa orang sanguinis, dunia ini akan terasa sepi. Tanpa orang melankolis, mungkin tak ada kemajuan di bidang riset, keilmuan, dan budaya. Tanpa kaum koleris, dunia ini akan awut-awutan tanpa arah dan tujuan. Tanpa sang flegmatis, tiada orang bijak yang dapat mendamaikan dunia. Yang penting bukan mana yang terbaik. Sebab kita semua dapat mengasah keterampilan kita berhubungan dengan orang lain [interpersonal skill]. Seorang yang andal dalam berurusan dengan orang lain, ia akan simpel beradaptasi dengan aneka macam watak itu. Ia tahu bagaimana menghadapi sifat pelupa dan watak acaknya kaum sanguinis, misalnya dengan memintanya untuk selalu buat planning dan memintanya melaksanakan segera. Ia jago memanas-manasi [menantang] potensi orang koleris mencapai goal-nya, atau `membakar’ sang flegmatis semoga segera bertindak ketika itu juga. “Inilah seninya dalam berinteraksi dengan orang lain,” kata Florence. Tentu saja awalnya adalah, “Anda dulu yang harus berubah.” Belajarlah jadi pengamat tingkah laku manusia…[lalu tertawalah]! Semoga dongeng dari buku Personality Plus itu menambah pengetahuan kita, dan apa yang disampaikan disini hanya sebagian kecil dari isi bukut itu. Sehingga untuk memahami lebih jauh wacana empat referensi watak diatas sebaiknya Anda segera membeli bukunya dan mempelajarinya. Permainan Tangram dapat meningkatkan imajinasi dan kebijaksanaan anak, Punya anak atau saudara yang duduk di kursi SD atau SMP, coba berikan permainan tangram siapa tahu dia suka; Bagikan Artikel ini
Belum ada Komentar untuk "Belajar Memahami Etika Siswa Dengan Pinjaman Buku Personality Plus"
Posting Komentar