Kesesatan Berpikir Memaknai Kelulusan Sekolah

Baru ini pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui dinas pendidikan mengumumkan kelulusan pelajar SMA/MA/SMK sederajat tahun anutan 2017/2018. Pengumuman ini diterima oleh pelajar dengan suka cita. Banyak cara dilakukan pelajar dalam rangka merayakan kelulusannya. Ada pelajar yang merayakan dengan cara yang tidak pantas, mirip corat-coret seragam dan kemudahan umum bahkan parahnya ada yang konvoi menggunakan motor tanpa helm yang karenanya berujung malapetaka. Mereka hura-hura bikin huru hara. Akan tetapi, tidak sedikit juga pelajar merayakan kelulusan dengan kegiatan-kegitan positif. 

pelajar merayakan kelulusan dengan kegiatan positif
Sumber foto Trivia id

Entah sejak kapan munculnya kebiasaan perayaan kelulusan dengan corat-coret seragam dan konvoi itu dilakukan. Tentu hal ini sangat mengganggu bukan hanya pengguna jalan tetapi juga masyarakat sekitar.

Lalu, mengapa pelajar melakukan kegiatan yang tidak ada faedahnya mirip ini? Apakah benar berguru di sekolah dan ujian nasional sudah membuat mereka stres dan terkekang sehingga mereka patut merayakan kelulusan dengan cara mengatakan kebebasan berkonvoi dan mencorat-coret seragam.

Untuk kita ketahui, ketika ini ujian sekolah maupun ujian nasional berlandaskan payung hukum peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 3 Tahun 2017 Tentang penilaian Hasil Belajar oleh pemerintah dan satuan pendidikan yaitu murni untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mengikuti proses pendidikan secara berkala. USBN dan UN merupakan syarat bagi mereka untuk menerima hak lulus setelah tiga tahun mengikuti proses pendidikan dengan baik dan kelulusan sekarang menjadi hak otonomi sekolah.

Merayakan kelulusan dengan cara konvoi dan corat-coret seragam merupakan kesesatan berpikir dalam memaknai kelulusan sekolah. Kesesatan berpikir merupakan kesalahan dalam aktifitas berpikir dikarenakan penyalagunaan relevansi. Kesesatan berpikir merupakan potongan dari berlogika yang salah., dimana logika berpikir berlawanan dengan argumen logis.

Menurut John Dewey, dikutip dari kompasiana.com, mengindentifikasi kesesatan berpikir yang sanggup menyebabkan perilaku sesat diantaranya Kesesatan terjadi alasannya yaitu siswa jarang berpikir sendiri sehingga banyak melakukan hal yang dilakukan orang lain, siswa mirip ini mudah terprovokasi. Kesesatan berpikir alasannya yaitu siswa bertindak seakan menghargai nalar, tetapi pada kenyataannya mereka bertindak jauh dari kecerdikan mereka sendiri dan kesesatan berpikir yang terjadi alasannya yaitu siswa tidak terbuka untuk melihat dilema secara komprehensif, terpaku hanya pada pendapat atau pendekatan tertentu, orang tertentu dan sumber tertentu. Kelompok mirip ini menggunakan kecerdikan yang baik, akan tetapi alasannya yaitu sudut pandangnya sempit maka cara menjawab dilema yang dihadapi tidak begitu tepat. Mereka terpasung oleh pendapat-pendapat sesat final ketidakmampuan membuka diri serta melihat sudut pandang lain. Pada rujukan masalah pencoretan seragam sekolah, mereka tidak berpikir dengan sudut pandang bahwa banyak teman-teman pelajar di Indonesia yang masih kekurangan seragam bahkan tidak bisa membeli seragam untuk sekolah.

Akan tetapi, kita harus tetap optimis alasannya yaitu tidak semua siswa terjebak dengan kesesatan berpikir. Banyak pelajar di Indonesia terdiri dari aneka macam sekolah merayakan kelulusan mereka dengan cara yang baik dan penuh faedah. Ada beberapa rujukan pelajar yang merayakan kelulusan dengan membuat kegiatan pentas seni, ada yang melakukan zikir dan doa bersama, ada yang melakukan dengan cara berziarah ke makam para pendekar dan ada juga yang mengadakan bakti sosial baik skala kecil maupun skala besar.

Salah satunya yang terjadi di Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat, Siswa berinisiatif melakukan bakti sosial untuk merayakan kelulusan mereka dengan mengumpulkan dana dan pakaian layak pakai dan membagikannya kepada masyarakat yang membutuhkan. Tentunya hal ini di sambut baik oleh pihak sekolah, mulai dari Kepala sekolah, Wakasek, Guru hingga civitas akademika lainnya. Hal ini patut kita apresiasi untuk menyebabkan rujukan cara merayakan kelulusan sekolah dengan cara berpikir logis dengan sudut pandang yang luas.

Semoga di tahun akan datang tidak ada lagi siswa yang mencorat-coret seragam sekolah dan konvoi di jalan yang mengganggu ketertiban kemudian lintas. Kita semua berharap siswa sanggup memaknai kelulusan sekolah dengan kegiatan-kegiatan kreatif dan positif sehingga kualitas pendidikan kita semakin meningkat.



* Blogger Pendidikan dan Guru SMA Negeri 1 Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat

Belum ada Komentar untuk "Kesesatan Berpikir Memaknai Kelulusan Sekolah"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel