Matematika Dan Kekuasaan
Orang-orang yang berada pada pucuk pimpinan suatu organisasi menyerupai Manajer, Direktur dan sebagainya, memiliki kekuasaan dalam konteks mensugesti perilaku orang-orang yang secara struktural organisator berada di bawahnya.
Sebagian pimpinan memakai kekuasaan dengan efektif, sehingga bisa menumbuhkan motivasi bawahan untuk bekerja dan melakukan peran dengan lebih baik. Namun, sebagian pimpinan lainnya tidak bisa memakai kekuasaan dengan efektif, sehingga program untuk melakukan pekerjaan dan peran tidak sanggup dilakukan dengan baik.
Dalam Matematika, ada satu prinsip dasar yang bisa dipakai seorang pimpinan dan sangat manis untuk diterapkan seorang pemimpin, yaitu:
Kita ambil soal yang umum saja, misalnya:
Tentukan nilai p yang memenuhi pada persamaan: 7p + 6 = 2p + 26
Jawab:
Beberapa guru merampungkan soal 7p + 6 = 2p + 26 dengan memberikan "pindahkan 2p kesebelah kiri sehingga berubah tanda menjadi -2p"
Sehingga diperoleh 7p + 6 -2p = 26 kemudian "pindahkan +6 ke sebelah kanan sehingga berubah menjadi -6"
sekarang bentuknya menjadi:
7p - 2p = 26 - 6
5p = 20
p = 4
Perintah "pindahkan" pada pengerjaan soal diatas kurang tepat, sebaiknya perintah "pindahkan" diganti menjadi "ruas kiri dan kanan mendapatkan perlakuan yang sama" sehingga pengerjaan soal menjadi:
7p + 6 = 2p + 26 [ruas kiri dan ruas kanan mendapatkan perlakuan yang sama yaitu sama-sama dikurangi 2p]
7p + 6 - 2p = 2p + 26 - 2p
5p + 6 = 26 [ruas kiri dan ruas kanan mendapatkan perlakuan yang sama yaitu sama-sama dikurangi 6]
5p + 6 - 6 = 26 - 6
5p = 20 [ruas kiri dan ruas kanan mendapatkan perlakuan yang sama yaitu sama-sama dibagi 5]
5p : 5= 20 : 5
Hasil final p = 4, jadi tidak ada lagi istilah "dipindahkan jadi berubah tanda"
Apabila Hukum dasar matematika diatas yaitu "Memberikan Perlakuan Yang Sama" diterapkan oleh pemimpin-pemimpin mungkin roda kepemimpinannya sanggup berjalan dengan baik.
Berikut type-type kekuasaan yang di sadur dari aneka macam sumber:
Dalam pengertiannya, kekuasaan yaitu kualitas yang melekat dalam satu interaksi antara dua atau lebih individu [a quality inherent in an interaction between two or more individuals]. Jika setiap individu mengadakan interaksi untuk mensugesti tindakan satu sama lain, maka yang muncul dalam interaksi tersebut yaitu pertukaran kekuasaan.
Menurut French dan Raven, ada lima tipe kekuasaan, yaitu :
1.Reward Power
Tipe kekuasaan ini memusatkan perhatian pada kemampuan untuk memberi ganjaran atau imbalan atas pekerjaan atau peran yang dilakukan orang lain. Kekuasaan ini akan terwujud melalui suatu tragedi atau situasi yang memungkinkan orang lain menemukan kepuasan. Dalam deskripsi konkrit yaitu ‘jika anda sanggup menjamin atau memberi kepastian gaji atau jabatan saya meningkat, anda sanggup menggunkan reward power anda kepada saya’. Pernyataan ini mengandung makna, bahwa seseorang sanggup melalukan reward power alasannya yaitu yaitu ia bisa memberi kepuasan kepada orang lain.
Reward Power [kekuasaan penghargaan], yaitu kekuasaan untuk memberi keuntungan positif atau penghargaan kepada yang dipimpin. Tentu hal ini bisa terlaksana dalam konteks bahwa sang pemimpin memiliki kemampuan dan sumberdaya untuk memberikan penghargaan kepada bawahan yang mengikuti arahan-arahannya. Penghargaan bisa berupa proteksi hak otonomi atas suatu wilayah yang berprestasi, promosi jabatan, uang, pekerjaan yang lebih menantang, dsb.
2.Coercive Power
Kekuasaan yang bertipe paksaan ini, lebih memusatkan pandangan kemampuan untuk memberi sanksi kepada orang lain. Tipe koersif ini berlaku kalau bawahan merasakan bahwa atasannya yang memiliki ‘lisensi’ untuk menghukum dengan tugas-tugas yang sulit, mencaci maki sampai kekuasaannya memotong gaji karyawan. Menurut David Lawless, kalau tipe kekuasaan yang poersif ini terlalu banyak dipakai akan membawa kemungkinan bawahan melakukan tindakan balas dendam atas perlakuan atau sanksi yang dirasakannya tidak adil, bahkan sangat mungkin bawahan atau karyawan akan meninggalkan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
Coercive Power [kekuasaan paksa], yakni kekuasaan yang didasari alasannya yaitu yaitu kemampuan seorang pemimpin untuk memberi sanksi dan melakukan pengendalian. Yang dipimpin juga menyadari bahwa apabila dia tidak mematuhinya, akan ada imbas negatif yang bisa timbul. Pemimpin yang bijak yaitu yang bisa memakai kekuasaan ini dalam konotasi pendidikan dan kode yang positif kepada anak buah. Bukan hanya alasannya yaitu yaitu rasa senang-tidak senang, ataupun faktor-faktor subyektif lainnya.
3.Referent Power
Tipe kekuasaan ini didasarkan pada satu hubungan ‘kesukaan’ atau liking, dalam arti ketika seseorang mengidentifikasi orang lain yang memiliki kualitas atau persyaratan menyerupai yang diinginkannya. Dalam uraian yang lebih konkrit, seorang pimpinan akan memiliki tumpuan terhadap para bawahannya yang bisa melakukan pekerjaan dan bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan atasannya.
Referent Power [kekuasaan rujukan] yaitu kekuasaan yang timbul alasannya yaitu yaitu karisma, karakteristik individu, keteladanan atau kepribadian yang menarik. Logika sederhana dari jenis kekuasaan ini adalah, apabila saya mengagumi dan memuja anda, maka anda sanggup berkuasa atas saya.
4.Expert Power
Kekuasaa yang berdasar pada keahlian ini, memfokuskan diripada suatu kepercayaan bahwa seseorang yang memiliki kekuasaan, pastilah ia memiliki pengetahuan, keahlian dan informasi yang lebih banyak dalam suatu persoalan. Seorang atasan akan dianggap memiliki expert power ihwal pemecahan suatu problem tertentu, kalau bawahannya selalu berkonsultasi dengan pimpinan tersebut dan mendapatkan jalan pemecahan yang diberikan pimpinan. Inilah indikasi dari munculnya expert power.
Expert Power [kekuasaan kepakaran], yakni kekuasaan yang berdasarkan alasannya yaitu yaitu kepakaran dan kemampuan seseorang dalam suatu bidang tertentu, sehingga mengakibatkan sang bawahan patuh alasannya yaitu yaitu percaya bahwa pemimpin memiliki pengalaman, pengetahuan dan kemahiran konseptual dan teknikal. Kekuasaan ini akan terus berjalan dalam kerangka sang pengikut memerlukan kepakarannya, dan akan hilang apabila sudah tidak memerlukannya. Kekuasaan kepakaran bisa terus eksis apabila ditunjang oleh referent power atau legitimate power.
5.Legitimate Power
Kekuasaan yang sah yaitu kekuasaan yang bersama-sama [actual power], ketika seseorang melalui suatu persetujuan dan kesepakatan diberi hak untuk mengatur dan menentukan perilaku orang lain dalam suatu organisasi. Tipe kekuasaan ini bersandar pada struktur social suatu organisasi, dan terutama pada nilai-nilai cultural. Dalam contoh yang nyata, kalau seseorang dianggap lebih tua, memiliki senioritas dalam organisasi, maka orang lain baiklah untuk mengizinkan orang tersebut melakukan kekuasaan yang sudah dilegitimasi tersebut.
Legitimate Power [kekuasaan sah], yakni kekuasaan yang dimiliki seorang pemimpin sebagai hasil dari posisinya dalam suatu organisasi atau lembaga. Kekuasaan yang memberi otoritas atau wewenang [authority] kepada seorang pemimpin untuk memberi perintah, yang harus didengar dan dipatuhi oleh anak buahnya. Bisa berupa kekuasaan seorang jenderal terhadap para prajuritnya, seorang kepala sekolah terhadap guru-guru yang dipimpinnya, ataupun seorang pemimpin perusahaan terhadap karyawannya.
Dari lima tipe kekuasaan di atas mana yang terbaik? Scott dan Mitchell memberikan satu jawaban. Harus dingat bahwa kekuasaan hampir selalu berkaitan dengan praktik-praktik menyerupai penggunaan rangsangan [insentif] atau paksaan [coercion] guna mengamankan tindakan menuju tujuan yang telah ditetapkan. Seharusnya orang-orang yang berada di pucuk pimpinan, mengupayakan untuk sedikit memakai insentif dan koersif.
Sebab secara alamiah cara yang paling efisien dan hemat biar bawahan secara sukarela dan patuh untuk melakukan pekerjaan yaitu dengan cara mempersuasi mereka. Cara-cara koersif dan insentif ini selalu lebih mahal, dibanding kalau karyawan secara spontas termotivasi untuk mencapai tujuan organisasi yang mereka pahami berasal dari kewenangan yang sah [legitimate authority].
Video pilihan khusus untuk Anda 😊 Mengenal salah satu matematikawan Indonesia;
Sebagian pimpinan memakai kekuasaan dengan efektif, sehingga bisa menumbuhkan motivasi bawahan untuk bekerja dan melakukan peran dengan lebih baik. Namun, sebagian pimpinan lainnya tidak bisa memakai kekuasaan dengan efektif, sehingga program untuk melakukan pekerjaan dan peran tidak sanggup dilakukan dengan baik.
Dalam Matematika, ada satu prinsip dasar yang bisa dipakai seorang pimpinan dan sangat manis untuk diterapkan seorang pemimpin, yaitu:
"Memberikan Perlakuan Yang Sama"Sewaktu di kursi sekolah kita sering mengerjakan soal Matematika, Fisika, Kimia, Geografi, Ekonomi dan mata pelajaran lainnya.
Kita ambil soal yang umum saja, misalnya:
Tentukan nilai p yang memenuhi pada persamaan: 7p + 6 = 2p + 26
Jawab:
Beberapa guru merampungkan soal 7p + 6 = 2p + 26 dengan memberikan "pindahkan 2p kesebelah kiri sehingga berubah tanda menjadi -2p"
Sehingga diperoleh 7p + 6 -2p = 26 kemudian "pindahkan +6 ke sebelah kanan sehingga berubah menjadi -6"
sekarang bentuknya menjadi:
7p - 2p = 26 - 6
5p = 20
p = 4
Perintah "pindahkan" pada pengerjaan soal diatas kurang tepat, sebaiknya perintah "pindahkan" diganti menjadi "ruas kiri dan kanan mendapatkan perlakuan yang sama" sehingga pengerjaan soal menjadi:
7p + 6 = 2p + 26 [ruas kiri dan ruas kanan mendapatkan perlakuan yang sama yaitu sama-sama dikurangi 2p]
7p + 6 - 2p = 2p + 26 - 2p
5p + 6 = 26 [ruas kiri dan ruas kanan mendapatkan perlakuan yang sama yaitu sama-sama dikurangi 6]
5p + 6 - 6 = 26 - 6
5p = 20 [ruas kiri dan ruas kanan mendapatkan perlakuan yang sama yaitu sama-sama dibagi 5]
5p : 5= 20 : 5
Hasil final p = 4, jadi tidak ada lagi istilah "dipindahkan jadi berubah tanda"
Apabila Hukum dasar matematika diatas yaitu "Memberikan Perlakuan Yang Sama" diterapkan oleh pemimpin-pemimpin mungkin roda kepemimpinannya sanggup berjalan dengan baik.
Berikut type-type kekuasaan yang di sadur dari aneka macam sumber:
Dalam pengertiannya, kekuasaan yaitu kualitas yang melekat dalam satu interaksi antara dua atau lebih individu [a quality inherent in an interaction between two or more individuals]. Jika setiap individu mengadakan interaksi untuk mensugesti tindakan satu sama lain, maka yang muncul dalam interaksi tersebut yaitu pertukaran kekuasaan.
Menurut French dan Raven, ada lima tipe kekuasaan, yaitu :
1.Reward Power
Tipe kekuasaan ini memusatkan perhatian pada kemampuan untuk memberi ganjaran atau imbalan atas pekerjaan atau peran yang dilakukan orang lain. Kekuasaan ini akan terwujud melalui suatu tragedi atau situasi yang memungkinkan orang lain menemukan kepuasan. Dalam deskripsi konkrit yaitu ‘jika anda sanggup menjamin atau memberi kepastian gaji atau jabatan saya meningkat, anda sanggup menggunkan reward power anda kepada saya’. Pernyataan ini mengandung makna, bahwa seseorang sanggup melalukan reward power alasannya yaitu yaitu ia bisa memberi kepuasan kepada orang lain.
Reward Power [kekuasaan penghargaan], yaitu kekuasaan untuk memberi keuntungan positif atau penghargaan kepada yang dipimpin. Tentu hal ini bisa terlaksana dalam konteks bahwa sang pemimpin memiliki kemampuan dan sumberdaya untuk memberikan penghargaan kepada bawahan yang mengikuti arahan-arahannya. Penghargaan bisa berupa proteksi hak otonomi atas suatu wilayah yang berprestasi, promosi jabatan, uang, pekerjaan yang lebih menantang, dsb.
2.Coercive Power
Kekuasaan yang bertipe paksaan ini, lebih memusatkan pandangan kemampuan untuk memberi sanksi kepada orang lain. Tipe koersif ini berlaku kalau bawahan merasakan bahwa atasannya yang memiliki ‘lisensi’ untuk menghukum dengan tugas-tugas yang sulit, mencaci maki sampai kekuasaannya memotong gaji karyawan. Menurut David Lawless, kalau tipe kekuasaan yang poersif ini terlalu banyak dipakai akan membawa kemungkinan bawahan melakukan tindakan balas dendam atas perlakuan atau sanksi yang dirasakannya tidak adil, bahkan sangat mungkin bawahan atau karyawan akan meninggalkan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
Coercive Power [kekuasaan paksa], yakni kekuasaan yang didasari alasannya yaitu yaitu kemampuan seorang pemimpin untuk memberi sanksi dan melakukan pengendalian. Yang dipimpin juga menyadari bahwa apabila dia tidak mematuhinya, akan ada imbas negatif yang bisa timbul. Pemimpin yang bijak yaitu yang bisa memakai kekuasaan ini dalam konotasi pendidikan dan kode yang positif kepada anak buah. Bukan hanya alasannya yaitu yaitu rasa senang-tidak senang, ataupun faktor-faktor subyektif lainnya.
3.Referent Power
Tipe kekuasaan ini didasarkan pada satu hubungan ‘kesukaan’ atau liking, dalam arti ketika seseorang mengidentifikasi orang lain yang memiliki kualitas atau persyaratan menyerupai yang diinginkannya. Dalam uraian yang lebih konkrit, seorang pimpinan akan memiliki tumpuan terhadap para bawahannya yang bisa melakukan pekerjaan dan bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan atasannya.
Referent Power [kekuasaan rujukan] yaitu kekuasaan yang timbul alasannya yaitu yaitu karisma, karakteristik individu, keteladanan atau kepribadian yang menarik. Logika sederhana dari jenis kekuasaan ini adalah, apabila saya mengagumi dan memuja anda, maka anda sanggup berkuasa atas saya.
4.Expert Power
Kekuasaa yang berdasar pada keahlian ini, memfokuskan diripada suatu kepercayaan bahwa seseorang yang memiliki kekuasaan, pastilah ia memiliki pengetahuan, keahlian dan informasi yang lebih banyak dalam suatu persoalan. Seorang atasan akan dianggap memiliki expert power ihwal pemecahan suatu problem tertentu, kalau bawahannya selalu berkonsultasi dengan pimpinan tersebut dan mendapatkan jalan pemecahan yang diberikan pimpinan. Inilah indikasi dari munculnya expert power.
Expert Power [kekuasaan kepakaran], yakni kekuasaan yang berdasarkan alasannya yaitu yaitu kepakaran dan kemampuan seseorang dalam suatu bidang tertentu, sehingga mengakibatkan sang bawahan patuh alasannya yaitu yaitu percaya bahwa pemimpin memiliki pengalaman, pengetahuan dan kemahiran konseptual dan teknikal. Kekuasaan ini akan terus berjalan dalam kerangka sang pengikut memerlukan kepakarannya, dan akan hilang apabila sudah tidak memerlukannya. Kekuasaan kepakaran bisa terus eksis apabila ditunjang oleh referent power atau legitimate power.
5.Legitimate Power
Kekuasaan yang sah yaitu kekuasaan yang bersama-sama [actual power], ketika seseorang melalui suatu persetujuan dan kesepakatan diberi hak untuk mengatur dan menentukan perilaku orang lain dalam suatu organisasi. Tipe kekuasaan ini bersandar pada struktur social suatu organisasi, dan terutama pada nilai-nilai cultural. Dalam contoh yang nyata, kalau seseorang dianggap lebih tua, memiliki senioritas dalam organisasi, maka orang lain baiklah untuk mengizinkan orang tersebut melakukan kekuasaan yang sudah dilegitimasi tersebut.
Legitimate Power [kekuasaan sah], yakni kekuasaan yang dimiliki seorang pemimpin sebagai hasil dari posisinya dalam suatu organisasi atau lembaga. Kekuasaan yang memberi otoritas atau wewenang [authority] kepada seorang pemimpin untuk memberi perintah, yang harus didengar dan dipatuhi oleh anak buahnya. Bisa berupa kekuasaan seorang jenderal terhadap para prajuritnya, seorang kepala sekolah terhadap guru-guru yang dipimpinnya, ataupun seorang pemimpin perusahaan terhadap karyawannya.
Dari lima tipe kekuasaan di atas mana yang terbaik? Scott dan Mitchell memberikan satu jawaban. Harus dingat bahwa kekuasaan hampir selalu berkaitan dengan praktik-praktik menyerupai penggunaan rangsangan [insentif] atau paksaan [coercion] guna mengamankan tindakan menuju tujuan yang telah ditetapkan. Seharusnya orang-orang yang berada di pucuk pimpinan, mengupayakan untuk sedikit memakai insentif dan koersif.
Sebab secara alamiah cara yang paling efisien dan hemat biar bawahan secara sukarela dan patuh untuk melakukan pekerjaan yaitu dengan cara mempersuasi mereka. Cara-cara koersif dan insentif ini selalu lebih mahal, dibanding kalau karyawan secara spontas termotivasi untuk mencapai tujuan organisasi yang mereka pahami berasal dari kewenangan yang sah [legitimate authority].
Video pilihan khusus untuk Anda 😊 Mengenal salah satu matematikawan Indonesia;
Belum ada Komentar untuk "Matematika Dan Kekuasaan"
Posting Komentar