Strategi Pembelajaran Matematika Sma Rabu, 12 Juni 2019 Tambah Komentar Edit Matematika di Sekolah telah dibahas sebelumnya dan Pembelajaran Tematik melengkapinya. Dengan berpijak pada masih rendahnya hasil berguru siswa untuk mata pelajaran matematika, yang ditengarai hasil UN dan prestasi mereka ditingkat internasional IMO (International Mathematics Olympiad), secara jujur harus kita terima suatu kenyataan. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas berguru matematika siswa haruslah dengan meningkatkan kualitas pembelajarannya. Trend pendidikan matematika yang berkembang di dunia cukup umur ini (Fadjar Shadiq, 2001) yaitu : Beralihnya pendidikan matematika dari bentuk formal ke penerapan, proses (activities), dan pemecahan dilema nyata. Dengan kata lain dari deduktif ke induktif. Beralihnya assessment (penilaian) ke bentuk penilian autentik menyerupai portofolio, proyek, wawancara (interview), laporan siswa, jurnal penilaian berdikari siswa, ataupun penampilan (performance) Pemaduan matematika dengan disiplin lain (dari single disciplines ke interdisciplinary) Peralihan dari berguru perorangan (yang bersifat kompetitif) ke berguru bersama (cooperative learning) Peralihan dari berguru menghafal (rote learning), ke berguru pemahaman (learning for understanding) dan berguru pemecahan dilema (problem solving). Peralihan dari dasar positivis (behaviorist) ke konstruktivisme, atau dari subject centered ke clearer centered (terbentuk/ terkonstruksinya pengetahuan). Peralihan dari teori pemindahan pengetahuan (knowledge transmitted) ke bentuk interaktif, investigatif, eksploratif, acara terbuka, keterampilan proses, modeling dan pemecahan masalah. Perlu pula kita menengok ke belakang, yaitu pada rekomendasi dari The Cockroft Report yang banyak dijadikan teladan dari banyak sekali negara untuk meningkatkan kualitas pendidikan matematikanya. The Cockroft Report merupakan laporan dari Commette of Inquiry into the Training of Mathematics in Schools, suatu komisi yang dibentuk oleh Departement of Education and Science, Great Britain, diketuai oleh Dr.W.H.Cockroft, dengan laporannya yang sangat terkenal itu, dan diberinya judul "Mathematics Counts". Oleh alasannya yaitu yaitu itu dalam mendesain pembelajaran matematika, seharusnyalah kita mengacu pada The Cocroft Report ini. Menggaris bawahi lingkup kiprah para guru berkenaan dengan perannya dalam pembelajaran matematika, pada belahan ke 17 paragraf 243 dari The Cockroft Report ini direkomendasikannya bahwa: "Pengajaran matematika pada semua jenjang pendidikan hendaknya meliputi program sebagai berikut : Eksposisi dari guru Diskusi antara guru dengan siswa dan diskusi antar siswa. Adanya kerja mudah (practical work). Pemantapan dan latihan (consolidation and practice of fundamental skill and routine). Problem solving yang berisi penerapan matematika pada kehidupan sehari‐hari. Kegiatan investigasi (investigational work). Paradigma baru dalam pendidikan matematika di Indonesia, berdasarkan Zamroni (dalam Sutarto Hadi, 2000), seharusnya memiliki ciri‐ciri sebagai berikut : Pendidikan lebih menekankan pada proses pembelajaran (learning) dari pada pengajaran (teaching). Pendidikan diorganisir dalam suatu struktur yang fleksibel. Pendidikan memperlakukan peserta didik sebagai individu yang memiliki karakteristik khusus dan mandiri, dan Pendidikan merupakan proses yang berkesinambungan dan senantiasa berinteraksi dengan lingkungan. Menjawab tantangan di atas dan mencermati isu terkini pengajaran matematika di dunia, maka Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika berbagi taktik pembelajaran matematika terpadu yang dekat kita kenal dengan Strategi Pembelaran Matematika yang Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM). Untuk mengawali pembahasan mengenai taktik pembelajaran, kita kenal beberapa istilah yang kadang‐kadang memiliki pengertian yang hampir sama, dan dalam penggunaannya kadang‐kadang kita rancu, yaitu pengertian tentang strategi, metode, pendekatan, model serta teknik dalam pembelajaran. Ruseffendi (1980) mencoba untuk menunjukkan klarifikasi tentang keempat dilema di atas, menurutnya yang dimaksud dengan: 1. Strategi mengajar yaitu seperangkat kebijaksanaan yang terpilih, yang telah dikaitkan dengan faktor yang menentukan warna atau taktik tersebut, yaitu : a. Pemilihan materi pelajaran (guru atau murid b. Penyaji materi pelajaran (perorangan kelompok, atau berguru mandiri) c. Cara materi pelajaran disajikan (induktif atau deduktif, analitis atau sintetis, formal atau non formal) d. Sasaran penerima materi pelajaran (kelompok, perorangan, heterogen atau homogen). 2. Pendekatan yaitu jalan atau arah yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dilihat bagaimana materi itu disajikan. Misalnya memahami suatu prinsip dengan pendekatan induktif atau deduktif, atau mempelajarai operasi perkalian dengan pendekatan ganda Cartesius, demikian juga bagaimana siswa memperoleh, mengorganisasi dan mengkomunikasikan hasil belajarnya lewat pendekatan ketrampilan proses (process skill). 3. Metode mengajar yaitu cara mengajar secara umum yang sanggup ditetapkan pada semua mata pelajaran, misalnya mengajar dengan ceramah, ekspositori, tanya jawab, penemuan terbimbing dan sebagainya. 4. Teknik mengajar yaitu penerapan secara khusus suatu metode pembelajaran yang telah diubahsuaikan dengan kemampuan dan kebiasaan guru, ketersediaan media pembelajaran serta kesiapan siswa, sebagai misalnya teknik mengajarkan perkalian dengan penjumlahan berulang. 5. Model pembelajaran memiliki pengertian yang amat dekat dengan taktik pembelajaran. Menurut Ismail (dalam Rachmadi, 2006:5) yang membedakan model pembelajaran dengan taktik maupun metode yaitu dimilikinya empat ciri khusus, yaitu: a. Rasional teoritik yang logis yang disusun penciptanya b. Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan semoga model tersebut berhasil d. Lingkungan berguru yang diperlukan semoga tujuan pembelajaran tercapai. Belajar mengajar yaitu suatu acara yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan murid. Sedang mengenai taktik pembelajaran ini, Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (1996:5) memberi rambu‐rambu konsep taktik pembelajaran, bahwa secara umum taktik memiliki pengertian suatu garis‐garis besar untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dengan sedikit mengerucut pembahasan tentang taktik pembelajaran maka sanggup diartikan sebagai pola‐pola umum acara guru‐anak didik dalam perwujudan acara berguru mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Dikenal empat taktik dasar dalam berguru mengajar yang meliputi hal‐hal sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik yang diharapkan 2. Memilih sistem pendekatan berguru mengajar yang serasi 3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik berguru mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif 4. Menetapkan norma‐norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria standar keberhasilan. Mengacu pada empat taktik dasar di atas dan mencermati isu terkini pembelajaran matematika cukup umur ini, maka taktik pembelajaran matematika sebaiknya menerapkan yaitu Pembelaran Matematika yang Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM). (Strategi Pembelajaran Matematika SMA oleh:Drs. Setiawan, M.Pd) Contoh Proses Belajar Mengajar yang dianjurkan pada Kurikulum 2013, mungkin video berikut sanggup membantu kita dalam penerapan kurikulum 2013; Bagikan Artikel ini
Belum ada Komentar untuk "Strategi Pembelajaran Matematika Sma"
Posting Komentar