Tan Malaka Memandang Bahwa Bermatematika Yaitu Berkah
Setelah browsing dan guling-guling panjang yang akhirnya terhenti di twit keren dari pak Iwan Pranoto [@iwanpranoto]. Bapak Iwan Pranoto yaitu seorang dosen matematika di Institut Teknologi Bandung [ITB].
Seperti apa kicauan pak Iwan Pranoto,
Setelah membaca quote Tan Malaka, ada baiknya ini disimpan dulu sebagai catatan dan pesan selesai pada kertas soal quiz atau ulangan siswa. Sebagai embel-embel kita ambil dari goodreads yang menyusun Tan Malaka quotes dengan rapi.
“Idealisme yaitu kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda.” ― Tan Malaka
“Sedangkan bergotong-royong cara menerima hasil itulah yang lebih penting daripada hasil sendiri. [bab 3, ilmu alam -science page 99]” ― Tan Malaka, Madilog
“Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan” ― Tan Malaka
“Ingatlah! Bahwa dari dalam kubur, suara saya akan lebih keras daripada dari atas bumi” ― Tan Malaka
“Bahwa kebiasaan menghafal itu tidak menambah kecerdasan, malah menyebabkan saya bodoh, mekanis, mirip mesin. [Pendahuluan - Perpustakaan page 24]” ― Tan Malaka, Madilog
“Kalau suatu negara mirip Amerika mau menguasai samudra dan dunia, dia mesti rebut Indonesia lebih dahulu buat sendi kekuasaan. [Pendahuluan - Melihat ke muka page 35-36]” ― Tan Malaka, Madilog
“BERGELAP-GELAPLAH DALAM TERANG, BERTERANG-TERANGLAH DALAM GELAP ! ” ― Tan Malaka
“Ia, Tan Malaka, orang pertama yang menulis konsep Republik Indonesia... Tapi hidupnya berakhir tragis di ujung senapan tentara republik yang didirikannya.” ― Tan Malaka
“Modal mampu memenjarakan manusia, membuat insan bekerja tanpa henti dari jam 5 subuh sampai jam 8 malam untuk kekayaan oranglain.” ― Tan Malaka
“Belajarlah dari Barat, tapi jangan jadi peniru Barat, melainkan jadilah murid dari Timur yang cerdas” ― Tan Malaka
“Bila kaum muda yang telah berguru di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pandai untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki harapan yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali" ― Tan Malaka, Madilog
“Berpikir besar kemudian Bertindak” ― Tan Malaka, Madilog
“Bila seseorang ingin menaiki tangga sosial dan kebudayaan mestilah merdeka lebih dulu dan pengetahuan wacana kemerdekaan, di Baratlah dilahirkan dan dipergunakan.” ― Tan Malaka
“Jeruk sebagai benda, lembu sebagai benda, bumi dan bintang sebagai benda, ya, "engkau" sebagai benda, tak ada buat saya. Yang ada cuma ide, pikiran, pengertian, gambaran dari jeruk, lembu, bumi, bintang dan engkau. "Engkau",kata hume, cuma "ide" buat saya.
Dengan begitu Hume yang membatalkan benda dan mengaku wangsit saja, membatalkan adanya diri sendiri, mengakui, bahwa bergotong-royong dia sendiri tak ada.[bab 2 filsafat - page 35]” ― Tan Malaka, Madilog
“cuma insan pengecut atau curang yang tiada ingin melakukan pekerjaan yang berat, tetapi bermanfaat buat masyarakat sekarang dan dihari kemudian itu” ― Tan Malaka, Islam dalam Tinjauan Madilog: Materialisme Dialektika Logika
“Revolusi Indonesia, bukanlah Revolusi Nasional SEMATA-MATA, mirip diciptakan beberapa gelitir orang Indonesia, yang maksudnya cuma membela atau merebut bangku buat dirinya saja, dan bersiap sedia menyerahkan semua sumber pencaharian yang terpenting kepada SEMUANYA
bangsa Asing, baik MUSUH atau sahabat. Revolusi Indonesia, mau tak mau terpaksa mengambil tindakan ekonomi dan sosial serentak dengan tindakan merebut dan membela kemerdekaan 100%. Revolusi kemerdekaan Indonesia tidak mampu diselesaikan dengan dibungkusi dengan revolusi-nasional saja. Perang kemerdekaan Indonesia harus DI-ISI dengan jaminan sosial dan ekonomi sekaligus.” ― Tan Malaka, Gerpolek: Gerilya-Politik-Ekonomi
“Selama toko buku ada, selama itu pustaka mampu dibentuk kembali. Kalau perlu dan memang perlu, pakaian dan kuliner dikurangi.” ― Tan Malaka, Madilog
“Bila kaum muda yang telah berguru di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pandai untuk melebur dengan masyarakatyang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki harapan yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali” ― Tan Malaka, Madilog
“Sudah tentu seorang pengarang atau penulis manapun juga dan berapapun juga yaitu murid dari pemikir lain dari dalam masyarakatnya sendiri atau masyarakat lain. Sedikitnya ia dipengaruhi oleh guru, kawan sepaham, bahkan oleh musuhnya sendiri.” ― Tan Malaka, Madilog
“Kalau sistem itu tak mampu diperiksa kebenarannya dan tak mampu dikritik, maka matilah Ilmu Pasti itu.” ― Tan Malaka, Madilog
“Seperti seekor semut hanyut bergantung pada sepotong rumput yang diayun-ayunkan gelombang.” ― Tan Malaka, Madilog
“Kebaikan buat masyarakat itu bergantung kepada budbahasa masyarakat, dan didikan masing-masing orang.” ― Tan Malaka, Madilog
“Bukankah seseorang pelarian politik itu mesti ringan bebannya, seringan-ringannya? Ia tak boleh diberatkan oleh benda yang lahir, mirip buku ataupun pakaian. Hatinya terutama tak boleh diikat oleh anak isteri, keluarga serta handai tolan. Dia haruslah bersikap dan bertindak sebagai "marsuse’’ [angkatan militer siap gempur] yang setiap detik siap sedia buat berangkat, meninggalkan apa yang mampu mengikat dirinya lahir dan batin.” ― Tan Malaka, Madilog
“Tetapi jikalau Madilog masih kekurangan bentuk, saya pikir dia tidak kekurangan sifat.” ― Tan Malaka, Madilog
“Murid yang pandai juga insyaf, bahwa jikalau dia sudah tahu satu cara, satu undang, satu kunci buat merampungkan satu golongan persoalan, maka tiadalah ia mengapal berpuluh-puluh perkara atau jawabannya puluhan atau ratusan perkara itu, tetapi dia pegang cara atau kuncinya perkara tadi saja.” ― Tan Malaka, Madilog
“Yang tajam balik bertimbal, jikalau tak ujung pangkal mengena.” ― Tan Malaka, Madilog
“Seorang tukang tak akan mampu membikin gedung, jikalau alatnya mirip semen, watu tembok dan lain-lain tidak ada. Seorang pengarang atau jago pidato, perlu akan catatan dari buku musuh, kawan ataupun guru. Catatan yang sempurna dan jitu mampu menaklukan musuh secepat kilat dan mampu merebut permufakatan dan keyakinan yang bersimpati sepenuh-penuhnya. Baik dalam polemik, perang-pena, baik dalam propaganda, maka catatan itu yaitu barang yang tiada mampu ketinggalan, mirip semen dan watu tembok buat membikin gedung. Selainnya dari pada buat dipakai sebagai barang materi ini, buku-buku yang berarti tentulah besar faedahnya buat pengetahuan dalam arti umumnya.” ― Tan Malaka, Madilog
“Yang besar lengan berkuasa perindustriannya, itulah pihak yang mesti menang.” ― Tan Malaka, Madilog
“Sudah pernah seorang pengarang buku di Amerika meramalkan, bahwa jikalau satu negara mirip Amerika mau menguasai samudra dan dunia, dia mesti rebut Indonesia lebih dahulu buat sendi kekuasaan.” ― Tan Malaka, Madilog
“Bahwa mereka pekerjalah, yang menduduki lantai ekonomi perekonomian Indonesia.” ― Tan Malaka, Madilog
“Bahwa benda itu yaitu satu rantai, satu sanksi alam yang merantai hidup kita, hidup sengsara ini.” ― Tan Malaka, Madilog
“Banyaknya proletar mesin dan tanah di Indonesia dan kekuatan yang tersembunyi memang sudah cukup besar lengan berkuasa buat merebut kekuasaan dari imperialisme Belanda. Tetapi didikannya masih sangat tipis dan tidak cocok dengan keperluan dan kewajiban klasnya di hari depan. Mereka kekurangan filsafat. Mereka masih tebal diselimuti ilmu buat alam kekal dan tahyul campur aduk.” ― Tan Malaka
“Bangunkanlah semangat menyerang buat meruntuhkan yang usang – usang – dan mendirikan masyarakat yang baru – kokoh – kuat.” ― Tan Malaka, Madilog
“Kita manusia, memang hewan yang ingin tahu. Curious, niewsgiering.” ― Tan Malaka
Untuk mengetahui lebih banyak lagi wacana Tan Malaka mampu membacanya pada wikipedia wacana Tan Malaka dan goodreads.
Sebagai tambahan, mari kita simak video guru yang super kreatif ini, mengerjakan perkalian jadi kreatif;
Seperti apa kicauan pak Iwan Pranoto,
"Tan Malaka memandang bahwa BERMATEMATIKA ADALAH BERKAH, kenikmatan [Madilog, hal 55]"dan dalam gambar tertulis
"dalam perasaan kekurangan materi, penulis banyak menerima materi pada ilmu tak bermateri. Pada matematika ini. Persoalan matematika melupakan banyak perkara lain-lain yang tidak diharapkan lekas datang".
Setelah membaca quote Tan Malaka, ada baiknya ini disimpan dulu sebagai catatan dan pesan selesai pada kertas soal quiz atau ulangan siswa. Sebagai embel-embel kita ambil dari goodreads yang menyusun Tan Malaka quotes dengan rapi.
“Idealisme yaitu kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda.” ― Tan Malaka
“Sedangkan bergotong-royong cara menerima hasil itulah yang lebih penting daripada hasil sendiri. [bab 3, ilmu alam -science page 99]” ― Tan Malaka, Madilog
“Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan” ― Tan Malaka
“Ingatlah! Bahwa dari dalam kubur, suara saya akan lebih keras daripada dari atas bumi” ― Tan Malaka
“Bahwa kebiasaan menghafal itu tidak menambah kecerdasan, malah menyebabkan saya bodoh, mekanis, mirip mesin. [Pendahuluan - Perpustakaan page 24]” ― Tan Malaka, Madilog
“Kalau suatu negara mirip Amerika mau menguasai samudra dan dunia, dia mesti rebut Indonesia lebih dahulu buat sendi kekuasaan. [Pendahuluan - Melihat ke muka page 35-36]” ― Tan Malaka, Madilog
“BERGELAP-GELAPLAH DALAM TERANG, BERTERANG-TERANGLAH DALAM GELAP ! ” ― Tan Malaka
“Ia, Tan Malaka, orang pertama yang menulis konsep Republik Indonesia... Tapi hidupnya berakhir tragis di ujung senapan tentara republik yang didirikannya.” ― Tan Malaka
“Modal mampu memenjarakan manusia, membuat insan bekerja tanpa henti dari jam 5 subuh sampai jam 8 malam untuk kekayaan oranglain.” ― Tan Malaka
“Belajarlah dari Barat, tapi jangan jadi peniru Barat, melainkan jadilah murid dari Timur yang cerdas” ― Tan Malaka
“Bila kaum muda yang telah berguru di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pandai untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki harapan yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali" ― Tan Malaka, Madilog
“Berpikir besar kemudian Bertindak” ― Tan Malaka, Madilog
“Bila seseorang ingin menaiki tangga sosial dan kebudayaan mestilah merdeka lebih dulu dan pengetahuan wacana kemerdekaan, di Baratlah dilahirkan dan dipergunakan.” ― Tan Malaka
“Jeruk sebagai benda, lembu sebagai benda, bumi dan bintang sebagai benda, ya, "engkau" sebagai benda, tak ada buat saya. Yang ada cuma ide, pikiran, pengertian, gambaran dari jeruk, lembu, bumi, bintang dan engkau. "Engkau",kata hume, cuma "ide" buat saya.
Dengan begitu Hume yang membatalkan benda dan mengaku wangsit saja, membatalkan adanya diri sendiri, mengakui, bahwa bergotong-royong dia sendiri tak ada.[bab 2 filsafat - page 35]” ― Tan Malaka, Madilog
“cuma insan pengecut atau curang yang tiada ingin melakukan pekerjaan yang berat, tetapi bermanfaat buat masyarakat sekarang dan dihari kemudian itu” ― Tan Malaka, Islam dalam Tinjauan Madilog: Materialisme Dialektika Logika
“Revolusi Indonesia, bukanlah Revolusi Nasional SEMATA-MATA, mirip diciptakan beberapa gelitir orang Indonesia, yang maksudnya cuma membela atau merebut bangku buat dirinya saja, dan bersiap sedia menyerahkan semua sumber pencaharian yang terpenting kepada SEMUANYA
bangsa Asing, baik MUSUH atau sahabat. Revolusi Indonesia, mau tak mau terpaksa mengambil tindakan ekonomi dan sosial serentak dengan tindakan merebut dan membela kemerdekaan 100%. Revolusi kemerdekaan Indonesia tidak mampu diselesaikan dengan dibungkusi dengan revolusi-nasional saja. Perang kemerdekaan Indonesia harus DI-ISI dengan jaminan sosial dan ekonomi sekaligus.” ― Tan Malaka, Gerpolek: Gerilya-Politik-Ekonomi
“Selama toko buku ada, selama itu pustaka mampu dibentuk kembali. Kalau perlu dan memang perlu, pakaian dan kuliner dikurangi.” ― Tan Malaka, Madilog
“Bila kaum muda yang telah berguru di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pandai untuk melebur dengan masyarakatyang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki harapan yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali” ― Tan Malaka, Madilog
“Sudah tentu seorang pengarang atau penulis manapun juga dan berapapun juga yaitu murid dari pemikir lain dari dalam masyarakatnya sendiri atau masyarakat lain. Sedikitnya ia dipengaruhi oleh guru, kawan sepaham, bahkan oleh musuhnya sendiri.” ― Tan Malaka, Madilog
“Kalau sistem itu tak mampu diperiksa kebenarannya dan tak mampu dikritik, maka matilah Ilmu Pasti itu.” ― Tan Malaka, Madilog
“Seperti seekor semut hanyut bergantung pada sepotong rumput yang diayun-ayunkan gelombang.” ― Tan Malaka, Madilog
“Kebaikan buat masyarakat itu bergantung kepada budbahasa masyarakat, dan didikan masing-masing orang.” ― Tan Malaka, Madilog
“Bukankah seseorang pelarian politik itu mesti ringan bebannya, seringan-ringannya? Ia tak boleh diberatkan oleh benda yang lahir, mirip buku ataupun pakaian. Hatinya terutama tak boleh diikat oleh anak isteri, keluarga serta handai tolan. Dia haruslah bersikap dan bertindak sebagai "marsuse’’ [angkatan militer siap gempur] yang setiap detik siap sedia buat berangkat, meninggalkan apa yang mampu mengikat dirinya lahir dan batin.” ― Tan Malaka, Madilog
“Tetapi jikalau Madilog masih kekurangan bentuk, saya pikir dia tidak kekurangan sifat.” ― Tan Malaka, Madilog
“Murid yang pandai juga insyaf, bahwa jikalau dia sudah tahu satu cara, satu undang, satu kunci buat merampungkan satu golongan persoalan, maka tiadalah ia mengapal berpuluh-puluh perkara atau jawabannya puluhan atau ratusan perkara itu, tetapi dia pegang cara atau kuncinya perkara tadi saja.” ― Tan Malaka, Madilog
“Yang tajam balik bertimbal, jikalau tak ujung pangkal mengena.” ― Tan Malaka, Madilog
“Seorang tukang tak akan mampu membikin gedung, jikalau alatnya mirip semen, watu tembok dan lain-lain tidak ada. Seorang pengarang atau jago pidato, perlu akan catatan dari buku musuh, kawan ataupun guru. Catatan yang sempurna dan jitu mampu menaklukan musuh secepat kilat dan mampu merebut permufakatan dan keyakinan yang bersimpati sepenuh-penuhnya. Baik dalam polemik, perang-pena, baik dalam propaganda, maka catatan itu yaitu barang yang tiada mampu ketinggalan, mirip semen dan watu tembok buat membikin gedung. Selainnya dari pada buat dipakai sebagai barang materi ini, buku-buku yang berarti tentulah besar faedahnya buat pengetahuan dalam arti umumnya.” ― Tan Malaka, Madilog
“Yang besar lengan berkuasa perindustriannya, itulah pihak yang mesti menang.” ― Tan Malaka, Madilog
“Sudah pernah seorang pengarang buku di Amerika meramalkan, bahwa jikalau satu negara mirip Amerika mau menguasai samudra dan dunia, dia mesti rebut Indonesia lebih dahulu buat sendi kekuasaan.” ― Tan Malaka, Madilog
“Bahwa mereka pekerjalah, yang menduduki lantai ekonomi perekonomian Indonesia.” ― Tan Malaka, Madilog
“Bahwa benda itu yaitu satu rantai, satu sanksi alam yang merantai hidup kita, hidup sengsara ini.” ― Tan Malaka, Madilog
“Banyaknya proletar mesin dan tanah di Indonesia dan kekuatan yang tersembunyi memang sudah cukup besar lengan berkuasa buat merebut kekuasaan dari imperialisme Belanda. Tetapi didikannya masih sangat tipis dan tidak cocok dengan keperluan dan kewajiban klasnya di hari depan. Mereka kekurangan filsafat. Mereka masih tebal diselimuti ilmu buat alam kekal dan tahyul campur aduk.” ― Tan Malaka
“Bangunkanlah semangat menyerang buat meruntuhkan yang usang – usang – dan mendirikan masyarakat yang baru – kokoh – kuat.” ― Tan Malaka, Madilog
“Kita manusia, memang hewan yang ingin tahu. Curious, niewsgiering.” ― Tan Malaka
Untuk mengetahui lebih banyak lagi wacana Tan Malaka mampu membacanya pada wikipedia wacana Tan Malaka dan goodreads.
Sebagai tambahan, mari kita simak video guru yang super kreatif ini, mengerjakan perkalian jadi kreatif;
Belum ada Komentar untuk "Tan Malaka Memandang Bahwa Bermatematika Yaitu Berkah"
Posting Komentar