Mengapa Guru Harus Menulis
Mengapa Guru Harus Menulis. Secara terperinci saya sendiri sulit menyampaikannya secara tertulis, meskipun saya sadari secara sadar tanpa ada unsur paksaan dari pihak manapun bahwa Guru Memang Harus Menulis 😱.
Karena masih kesulitan dalam memberikan ide dalam bentuk tertulis kenapa guru harus menulis, saya meminjam catatannya ibu Nurus Samawati Annisa yang membuktikan secara detail "Mengapa Guru Harus Menulis", catatan ini saya ambil dari telegram Grup Guru Dahsyat New.
Catatan ini mungkin sanggup sekaligus menjadi catatan saya pribadi jikalau pada kesempatan ada menulis saya masih memberikan 'sulit untuk menulis' 😵.
Guru juga mengajarkan siswa untuk terampil melakukan atau membuat sesuatu sehingga sanggup berkreasi dan kreatif. Guru juga sanggup berinovasi dalam kegiatan berguru mengajar baik dari segi metode, media, atau strategi.
Jika tidak dituliskan dan disebarluaskan, bagaimana guru lain sanggup tahu hal tersebut bermanfaat? Banyak yang akan terbantukan dengan menduplikasi metode, media, atau seni manajemen yang telah dilakukan dan berhasil dengan baik.
Apa yang disampaikan guru di sebuah kelas terkadang berbeda dengan penyampaian di kelas lain sebab yakni kondisi kelas juga berbeda-beda. Ide-ide cemerlang yang disampaikan di salah satu kelas terkadang ada yang terlewat tidak disampaikan di kelas lain. Sangat disayangkan bila ide itu tidak diketahui oleh siswa di kelas lain.
Lain halnya bila guru menuliskannya dalam bentuk media, modul atau buku. Konsep yang disampaikan lebih terarah, sitematis, dan sanggup dipelajari ulang. Tentunya akan lebih banyak yang sanggup berguru dari buku tersebut. Ini merupakan salah satu alasan mengapa guru harus menulis buku. Ilmu yang diketahuinya perlu ditulis sehingga simpel dipahami dan dipelajari siswa.
Tuntutan profesi juga mengharuskan guru menulis. Untuk naik pangkat, kita dituntut kreatif membuat ukiran pena baik berupa buku, PTK, karya tulis ilmiah, modul, dan artikel. Meskipun kenaikan pangkat itu beberapa tahun lagi, jangan berpikiran, “Nanti sajalah. Masih lama ini.” Kalau tidak dimulai sekarang, kapan lagi? Sesuatu yang baik sebaiknya jangan ditunda.
Jika sumber bacaan tidak ada yang menarik atau jumlahnya terlalu sedikit, atau lebih banyak yang bersifat hiburan dibandingkan yang bersifat informatif dan mendidik, tentulah mengakibatkan Gerakan Literasi Bangsa kurang maksimal hasilnya. Sangat disayangkan bila sesuatu yang sebenarnya keahlian kita justru ditulis oleh orang lain terlebih dahulu. Oleh sebab yakni itu guru haruslah menulis agar jumlah bacaan di Indonesia semakin banyak dan variatif.
Guru mengajar dengan menunjukkan keteladanan akan lebih simpel dalam mendidik siswa. Sejalan dengan Gerakan Literasi Sekolah untuk mendukung Gerakan Literasi Bangsa, kita mengharapkan anak didik kita untuk gemar membaca. Dan setelah itu mereka diminta membuat reviuw atas apa yang dibacanya.
Dengan menunjukkan keteladanan menulis, tentu akhir siswa akan berbeda dibandingkan bila kita hanya menyuruh namun tidak menunjukkan keteladanan. Mereka tentu akan lebih termotivasi.
Peradaban suatu bangsa sanggup dilihat dari seberapa banyak karya-karya tulis berkualitas yang dihasilkan. Semakin banyak karya tulis berkualitas apalagi dalam bentuk buku, maka semakin maju peradaban negara tersebut.
Dengan menuliskannya, kita sanggup mengomunikasikan pemikiran kita pada orang lain di banyak sekali tempat dan pada masa yang berbeda. Bahkan hingga meninggal pun, pemikiran itu akan tetap sanggup dibaca oleh orang lain bila dituliskan dalam bentuk buku dan disebarluaskan.
Menulis itu memerlukan proses. Tulisan yang manis terkadang tidak langsung jadi. Terkadang memerlukan proses yang sangat panjang, memerlukan riset, dan menguras waktu serta tenaga. Makara saat memulai menulis, nikmati prosesnya. Mulailah membuat rancangan, mencari sumber bacaan yang tepat, menulis, kemudian merevisinya hingga menjadi buku yang menarik.
Kebanyakan kita terlalu berpikir hal yang hebat dan besar. Kita berusaha menulis hal yang hebat dan besar tersebut sehingga kesulitan menulisnya. Padahal, hal yang hebat dan besar itu awalnya juga kecil dan biasa. Harusnya kita memulai dengan menulis hal yang simpel dan akrab dengan kita.
Proses menulis buku pasti akan mengalami banyak rintangan dan halangan sanggup dari diri sendiri, orang lain, atau juga lingkungan. Jangan berhenti, teruslah berusaha hingga terselesaikan buku yang sudah direncanakan.
Dalam berproses, kesabaran juga diperlukan dalam menulis buku. Buku tidak mungkin langsung jadi dalam sekejab. Setiap hari kita harus telaten menuliskan gagasan dalam bentuk paragraf-paragraf sehingga tersusunlah berlembar-lembar tulisan. Setelah tersusunpun, kita upayakan untuk membaca kembali sambil melakukan pengeditan. Dengan begitu gagasan tersebut lebih sitematik, terarah, dan simpel dipahami.
Setelah sasaran ditentukan, diperlukan keseriusan, ketelatenan, kesabaran, ketekunan, dan keuletan dalam menghasilkan buku.
Keseriusan sanggup ditunjukkan dengan menyediakan waktu tertentu setiap hari khusus untuk menulis. Setiap guru sanggup berbeda dalam menyediakan waktu ini bergantung kesibukannya sebagai guru. Bisa hanya satu jam setiap hari atau bahkan lebih.
Modal awal menulis yakni memiliki banyak sekali pengetahuan. Pengetahuan itu antara lain ihwal ilmu kepenulisan. Kita juga harus memiliki pengetahuan yang luas ihwal banyak sekali hal sehingga banyak ide-ide menarik yang sanggup dituangkan dalam bentuk tulisan.
Yang tidak kalah penting yakni menguasai ilmu kebahasaan yaitu penggunaan ejaan dan tanda baca yang baik dan benar. Dengan mengetahui hal tersebut, ukiran pena akan terlihat rapi dan enak dibaca. Penerbit akan mempertimbangkan hasil ukiran pena yang tidak ada kesalahan ejaan dan tanda baca. Jika isinya bagus, sesuai dengan kriteria dan kebutuhan penerbit, kemungkinan besar naskah tersebut akan diterima.
Sebenarnya ide 💬💬 itu sanggup muncul dari mana saja dan kapan saja namun semuanya dikembalikan lagi pada kita apakah sanggup menangkapnya atau tidak. Beberapa hal yang sanggup menjadi sumber ide antara lain: pengalaman, gagasan orang lain, buku, anutan agama, siswa, dan lingkungan. Dengan mengetahui banyak sekali sumber ide tersebut maka kita tidak akan kehabisan ide untuk menulis.
Tema sebuah ukiran pena berasal dari ide/gagasan yang kita miliki. Untuk menimbulkan ide/gagasan tadi menjadi tema yang unik dan menarik, maka kita harus mengetahui atau mengenal ihwal ide/gagasan tadi.
Selain itu, ide/gagasan 💭💭 haruslah menarik dan terdapat sumber bacaan atau bahan yang sanggup dipelajari sehingga kita menguasai dan sanggup menuliskannya. Untuk menjadikannya menjadi sebuah tema, ruang lingkup ide/gagasan haruslah dibatasi sehingga tidak terlalu luas dan mengambang pembahasan buku yang akan kita tulis.
Penjelasan yang disampaikan ibu Nurus Samawati Annisa diatas sebagai modal awal untuk kita niatkan menulis sudah lebih dari cukup. Sekarang kembali kepada kita, apakah kita mau memulai untuk menulis .
Mari kita mulai hari ini dengan menulis, cara simpel berguru untuk menulis hari ini kita mulai dengan kembali menuliskan doa dan permohonan kita kepada sang pencipta kita 😍
Sebagai penutup saya teruskan apa yang disampaikan bapak Wijaya Kusumah 💙💜Menulislah Terus Setiap Hari, dan Buktikan Apa Yang Terjadi💛💚
Masih gundah cari ide untuk menulis, ini video contoh proses berguru mengajar yang dianjurkan pada penerapan kurikulum 2013. Sebagai latihan menulis, coba ditulis kelebihan dan kekurangan proses berguru mengajar yang ada pada video berikut;
Karena masih kesulitan dalam memberikan ide dalam bentuk tertulis kenapa guru harus menulis, saya meminjam catatannya ibu Nurus Samawati Annisa yang membuktikan secara detail "Mengapa Guru Harus Menulis", catatan ini saya ambil dari telegram Grup Guru Dahsyat New.
Catatan ini mungkin sanggup sekaligus menjadi catatan saya pribadi jikalau pada kesempatan ada menulis saya masih memberikan 'sulit untuk menulis' 😵.
Mengapa Guru Harus Menulis
Guru merupakan profesi yang berafiliasi dengan ilmu pengetahuan 📖 dan keterampilan . Di sekolah guru mengajarkan kepada siswa ihwal ilmu pengetahuan dan keterampilan sesuai bidang yang ampu. Berbagai metode digunakan untuk memudahkan siswa mendapat dan memahami apa yang diajarkan sehingga sanggup menyerap ilmu yang disampaikan atau dipelajari.Guru juga mengajarkan siswa untuk terampil melakukan atau membuat sesuatu sehingga sanggup berkreasi dan kreatif. Guru juga sanggup berinovasi dalam kegiatan berguru mengajar baik dari segi metode, media, atau strategi.
Jika tidak dituliskan dan disebarluaskan, bagaimana guru lain sanggup tahu hal tersebut bermanfaat? Banyak yang akan terbantukan dengan menduplikasi metode, media, atau seni manajemen yang telah dilakukan dan berhasil dengan baik.
Apa yang disampaikan guru di sebuah kelas terkadang berbeda dengan penyampaian di kelas lain sebab yakni kondisi kelas juga berbeda-beda. Ide-ide cemerlang yang disampaikan di salah satu kelas terkadang ada yang terlewat tidak disampaikan di kelas lain. Sangat disayangkan bila ide itu tidak diketahui oleh siswa di kelas lain.
Lain halnya bila guru menuliskannya dalam bentuk media, modul atau buku. Konsep yang disampaikan lebih terarah, sitematis, dan sanggup dipelajari ulang. Tentunya akan lebih banyak yang sanggup berguru dari buku tersebut. Ini merupakan salah satu alasan mengapa guru harus menulis buku. Ilmu yang diketahuinya perlu ditulis sehingga simpel dipahami dan dipelajari siswa.
Tuntutan profesi juga mengharuskan guru menulis. Untuk naik pangkat, kita dituntut kreatif membuat ukiran pena baik berupa buku, PTK, karya tulis ilmiah, modul, dan artikel. Meskipun kenaikan pangkat itu beberapa tahun lagi, jangan berpikiran, “Nanti sajalah. Masih lama ini.” Kalau tidak dimulai sekarang, kapan lagi? Sesuatu yang baik sebaiknya jangan ditunda.
Gerakan Literasi
Gerakan Literasi Bangsa yang dicanangkan pemerintah mengajak generasi kita untuk gemar membaca. Maka diperlukan jumlah bacaan yang banyak, bersifat informatif, bermanfaat, dan sanggup menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan mereka.Jika sumber bacaan tidak ada yang menarik atau jumlahnya terlalu sedikit, atau lebih banyak yang bersifat hiburan dibandingkan yang bersifat informatif dan mendidik, tentulah mengakibatkan Gerakan Literasi Bangsa kurang maksimal hasilnya. Sangat disayangkan bila sesuatu yang sebenarnya keahlian kita justru ditulis oleh orang lain terlebih dahulu. Oleh sebab yakni itu guru haruslah menulis agar jumlah bacaan di Indonesia semakin banyak dan variatif.
Guru mengajar dengan menunjukkan keteladanan akan lebih simpel dalam mendidik siswa. Sejalan dengan Gerakan Literasi Sekolah untuk mendukung Gerakan Literasi Bangsa, kita mengharapkan anak didik kita untuk gemar membaca. Dan setelah itu mereka diminta membuat reviuw atas apa yang dibacanya.
Dengan menunjukkan keteladanan menulis, tentu akhir siswa akan berbeda dibandingkan bila kita hanya menyuruh namun tidak menunjukkan keteladanan. Mereka tentu akan lebih termotivasi.
Peradaban suatu bangsa sanggup dilihat dari seberapa banyak karya-karya tulis berkualitas yang dihasilkan. Semakin banyak karya tulis berkualitas apalagi dalam bentuk buku, maka semakin maju peradaban negara tersebut.
Menulis Itu Mudah
Yakinlah bahwa menulis itu mudah. Menulis sebuah buku bagi pemula mungkin dianggap sebagai sesuatu yang susah. Namun sebenarnya menulis buku itu simpel bila kita sudah tahu alur dan caranya. Yang susah itu sebenarnya konsisten, telaten, dan sabar melalui proses penggarapan bukunya.Menulis Itu Perlu Proses
Menulis merupakan salah satu bentuk komunikasi. Kita sanggup mengomunikasikan apa saja yang ada dalam pikiran kita ke dalam tulisan. Bisa jadi kita sedang berdialog dengan diri sendiri dan sanggup pula kita sedang mengeksplore apa yang ada dalam pemikiran kita.Dengan menuliskannya, kita sanggup mengomunikasikan pemikiran kita pada orang lain di banyak sekali tempat dan pada masa yang berbeda. Bahkan hingga meninggal pun, pemikiran itu akan tetap sanggup dibaca oleh orang lain bila dituliskan dalam bentuk buku dan disebarluaskan.
Menulis itu memerlukan proses. Tulisan yang manis terkadang tidak langsung jadi. Terkadang memerlukan proses yang sangat panjang, memerlukan riset, dan menguras waktu serta tenaga. Makara saat memulai menulis, nikmati prosesnya. Mulailah membuat rancangan, mencari sumber bacaan yang tepat, menulis, kemudian merevisinya hingga menjadi buku yang menarik.
Kebanyakan kita terlalu berpikir hal yang hebat dan besar. Kita berusaha menulis hal yang hebat dan besar tersebut sehingga kesulitan menulisnya. Padahal, hal yang hebat dan besar itu awalnya juga kecil dan biasa. Harusnya kita memulai dengan menulis hal yang simpel dan akrab dengan kita.
Proses menulis buku pasti akan mengalami banyak rintangan dan halangan sanggup dari diri sendiri, orang lain, atau juga lingkungan. Jangan berhenti, teruslah berusaha hingga terselesaikan buku yang sudah direncanakan.
Dalam berproses, kesabaran juga diperlukan dalam menulis buku. Buku tidak mungkin langsung jadi dalam sekejab. Setiap hari kita harus telaten menuliskan gagasan dalam bentuk paragraf-paragraf sehingga tersusunlah berlembar-lembar tulisan. Setelah tersusunpun, kita upayakan untuk membaca kembali sambil melakukan pengeditan. Dengan begitu gagasan tersebut lebih sitematik, terarah, dan simpel dipahami.
Fokus Menulis
Fokus merupakan kunci keberhasilan dalam melakukan segala hal termasuk menulis. Kita harus fokus menulis dalam menyusun buku. Target sangat diperlukan untuk membuat kita sanggup fokus menulis.Setelah sasaran ditentukan, diperlukan keseriusan, ketelatenan, kesabaran, ketekunan, dan keuletan dalam menghasilkan buku.
Keseriusan sanggup ditunjukkan dengan menyediakan waktu tertentu setiap hari khusus untuk menulis. Setiap guru sanggup berbeda dalam menyediakan waktu ini bergantung kesibukannya sebagai guru. Bisa hanya satu jam setiap hari atau bahkan lebih.
Modal awal menulis yakni memiliki banyak sekali pengetahuan. Pengetahuan itu antara lain ihwal ilmu kepenulisan. Kita juga harus memiliki pengetahuan yang luas ihwal banyak sekali hal sehingga banyak ide-ide menarik yang sanggup dituangkan dalam bentuk tulisan.
Yang tidak kalah penting yakni menguasai ilmu kebahasaan yaitu penggunaan ejaan dan tanda baca yang baik dan benar. Dengan mengetahui hal tersebut, ukiran pena akan terlihat rapi dan enak dibaca. Penerbit akan mempertimbangkan hasil ukiran pena yang tidak ada kesalahan ejaan dan tanda baca. Jika isinya bagus, sesuai dengan kriteria dan kebutuhan penerbit, kemungkinan besar naskah tersebut akan diterima.
Menemukan Ide atau Gagasan
Ide atau gagasan merupakan hal yang mendasari terlahirnya sebuah tulisan. Diantara kita ada yang mengalami kebingungan bagaimana menemukan ide sehingga harapan menulis menjadi kandas di tengah jalan. Namun jangan berkecil hati dan segeralah mencari solusi.Sebenarnya ide 💬💬 itu sanggup muncul dari mana saja dan kapan saja namun semuanya dikembalikan lagi pada kita apakah sanggup menangkapnya atau tidak. Beberapa hal yang sanggup menjadi sumber ide antara lain: pengalaman, gagasan orang lain, buku, anutan agama, siswa, dan lingkungan. Dengan mengetahui banyak sekali sumber ide tersebut maka kita tidak akan kehabisan ide untuk menulis.
Tema sebuah ukiran pena berasal dari ide/gagasan yang kita miliki. Untuk menimbulkan ide/gagasan tadi menjadi tema yang unik dan menarik, maka kita harus mengetahui atau mengenal ihwal ide/gagasan tadi.
Selain itu, ide/gagasan 💭💭 haruslah menarik dan terdapat sumber bacaan atau bahan yang sanggup dipelajari sehingga kita menguasai dan sanggup menuliskannya. Untuk menjadikannya menjadi sebuah tema, ruang lingkup ide/gagasan haruslah dibatasi sehingga tidak terlalu luas dan mengambang pembahasan buku yang akan kita tulis.
Penjelasan yang disampaikan ibu Nurus Samawati Annisa diatas sebagai modal awal untuk kita niatkan menulis sudah lebih dari cukup. Sekarang kembali kepada kita, apakah kita mau memulai untuk menulis .
Mari kita mulai hari ini dengan menulis, cara simpel berguru untuk menulis hari ini kita mulai dengan kembali menuliskan doa dan permohonan kita kepada sang pencipta kita 😍
Sebagai penutup saya teruskan apa yang disampaikan bapak Wijaya Kusumah 💙💜Menulislah Terus Setiap Hari, dan Buktikan Apa Yang Terjadi💛💚
Masih gundah cari ide untuk menulis, ini video contoh proses berguru mengajar yang dianjurkan pada penerapan kurikulum 2013. Sebagai latihan menulis, coba ditulis kelebihan dan kekurangan proses berguru mengajar yang ada pada video berikut;
Belum ada Komentar untuk "Mengapa Guru Harus Menulis"
Posting Komentar