Tatang Herman: Bagaimanakah Sebaiknya Guru (Matematika) Membelajarkan Siswa? Selasa, 16 April 2019 Tambah Komentar Edit belajar matematika, berikut ini ialah beberapa kiat bagaimanakah sebaiknya pembelajaran matematika dilaksanakan. Mulailah dari apa yang diketahui anak, bukan dari apa yang diketahui guruMungkin hal biasa kalau guru beranggapan bahwa di awal pertemuan siswabelum tahu sedikit pun mengenai materi pelajaran. Guru umumnya cenderung memulai pengajaran dari apa yang mereka ketahui, bukannya dari apa yang siswa ketahui. Padahal pengalaman dan pengamatan siswa sehari-hari sanggup dijadikan pijakan awal untuk mereka berguru matematika. Jika siswa memahami berdasarkan apa yang telah mereka ketahui atau berdasarkan pengalamannya, tentu saja akan lebih bermakna bagi mereka. Sajikan matematika dalam suasana menyenangkanDitinjau dari sudut pandang psikologi pendidikan, menyajikan matematika dalam suasana menegangkan atau menakutkan tidak menguntungkan dalam mengundang potensi intelektual siswa untuk berguru secara optimal. Suasana berguru yang baik bagi siswa memerlukan pemberian iklim yang kondusif untuk sanggup berpikir kritis, kreatif, dan eksploratif sehingga siswa sanggup bebas berpikir dan berpendapat sesuai dengan potensinya. Rasa percaya diri pada siswa perlu ditanamkan sejak awal alasannya ialah akan berkontribusi terhadap kebiasaan berpikir dalam kegiatan belajar. Dengan demikian, suasana pembelajaran matematika harus menyenangkan bagi anak. Beri siswa kesempatan sebanyak-banyaknya untuk berbicara, bekerja, dan menulis mengenai matematikaBerbicara, menulis, dan bekerja dalam bahasa dan cara mereka sehari-hari mengenai matematika bisa membantu meningkatkan pemahaman konsep-konsep asing matematika. Jika suatu fakta diperoleh siswa melalui bahasa dan pengalaman mereka merupakan cara yang ampuh untuk memahami konsep atau proses. Gunakan bahasa yang biasa (familier bagi anak) sebagai taktik awalSiswa akan mengalami kesulitan bila dihadapkan pribadi pada konsep-konsep matematika yang abstrak. Misalnya, daripada melatih siswa kelas 6 untuk menghitung 1541 : 92 dengan pembagian cara ke bawah, akan lebih bermakna bagi siswa bila disajikan dalam dongeng seperti: “ Murid kelas 6 akan berdarmawisata ke Yogyakarta yang berjarak 1541km dari Bandung. Jika bis yang mereka tumpangi rata-rata menempuh 92km setiap jamnya, perkirakan berapa jamkah mereka di perjalanan?” Padukan matematika dengan pelajaran lainPendekatan ini sangat tepat dilakukan di sekolah dasar mengingat guru pada tingkatan sekolah ini kebanyakan masih sebagai guru kelas. Memadukan matematika dalam satu konteks dengan IPA, IPS, atau bahasa tidak mustahil sanggup meningkatkan perhatian dan motivasi siswa dalam berguru matematika. Selain itu mereka sanggup menyadari bahwa matematika itu bukan untuk matematika saja. Manfaatkan rekayasa teknologi (kalkulator dan komputer)Masyarakat kita masih menyangsikan akan peranan alat-alat canggih, mirip kalkulator dan komputer, dalam pembelajaran matematika. Para orang renta dan guru masih banyak yang beranggapan bahwa kalkulator akan membuat siswabodoh, tidak bisa berhitung, dan akan menjadikan siswa bergantung pada alat. Anggapan itu sama sekali tidak benar sepanjang guru bisa memanfaatkan alat-alat itu dalam kegiatan pembelajaran matematika. Gunakan media pembelajaran yang simpel diperoleh dan menarikPeranan media atau alat peraga dalam pembelajaran matematika sangat urgen, alasannya ialah melalui alat peraga siswabisa berguru matematika dengan pemberian objek-objek nyata, merangsang melakukan percobaan dan pengamatan, dan mencoba menyingkap hal-hal gres bagi mereka. Banyak konsep asing matematika yang sanggup dipresentasikan melalui benda-benda positif sekeliling kita dalam upaya menanamkan konsep-konsep matematika yang kokoh. Biasakan merampungkan suatu permasalahan dengan pendekatan problem solvingSalah satu tujuan pengajaran matematika di sekolah ialah membentuk siswa biar bisa berpikir logis, sistematis, kritis, dan kreatif. Pendekatan problem solving dalam berguru matematika akan melatih siswa untuk berpikir efektif dan strategis dalam merampungkan permasalahan. Oleh karena itu untuk membentuk kebijaksanaan siswa dalam menganalisis dan menjawab permasalahan-permasalahan, kemampuan siswa dalam problem solving perlu dikembangkan terus melalui pendekatan-pendekatan pembelajaran. Apabila memungkinkan, dalam setiap kesempatan pengenalan konsep matematika sebaiknya dimulai melalui duduk kasus yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Biasakan siswa untuk aktif berafiliasi dalam kelompok (cooperative learning)Siswa membangun pengetahuan melalui konstruksi-konstruksi pemahamannya yang sanggup diperoleh dari proses berguru atau pengalaman. Jika siswa menerima sesuatu yang baru, maka persepsi dan konsep lama yang telah ada di kepalanya akan mengklarifikasi apakah hal gres itu sanggup diterimanya sebagai konsep baru? Proses pengkonstruksian ini akan lebih cepat apabila dilakukan siswa melalui program dan sharing idea sesama siswa. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan merupakan kiprah sentral pegawapemerintah pendidikan yang perlu dilakukan secara terus-menerus untuk membentuk kualitas sumber daya manusia yang handal dan bisa bersaing di kala global. Kualitas sumber daya manusia Indonesia yang diperlukan ialah generasi yang menerima standar pendidikan yang tinggi sehingga bisa menjadi pemimpin, manajer, atau inovator yang efektif dan bisa menyesuaiakan diri dengan aneka macam perubahan global. Guru sebagai ujung tombak pelaksana pendidikan bukanlah sebagai akseptor dan pelaksana pembaruan, namun memiliki peranan sentral dalam perbaikan pendidikan khususnya dalam peningkatan kualitas pembelajaran. Mengacu pada pokok pikiran tersebut, peningkatan kualitas pendidikan akan segera sanggup dilakukan melalui peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah. Menurut hasil pengamatan kegiatan pembelajaran matematika yang selama ini dilakukan kebanyakan masih berkonsentrasi pada aspek-aspek prosedural dan mekanistis (Herman, 2001); Armanto, 2002). Oleh karena itu pemahaman dan pemaknaan matematika oleh siswa belum efektif sehingga belum menggapai kompetensi yang diharapkan. Di kala ekonomi dan gosip global ini, siswa memerlukan pengetahuan dan kompetensi untuk memberdayakan dirinya dalam menemukan, menafsirkan, menilai, dan menggunakan pengetahuan sehingga sanggup melahirkan gagasan dan kreativitas dalam bersikap, beraktivitas, dan mengambil keputusan yang diperlukan dalam kehidupan. [Dr. H. Tatang Herman, M.Ed.] Masih menganggap matematika hanya hitung-hitungan semata, mari kita lihat kreativitas siswa ini, membuat lagu dengan matematika; Bagikan Artikel ini
Belum ada Komentar untuk "Tatang Herman: Bagaimanakah Sebaiknya Guru (Matematika) Membelajarkan Siswa?"
Posting Komentar