Belajar Menciptakan Penelitian Tindakan Kelas (Ptk): Kajian Teori Dan Metodologi Ptk Minggu, 10 Maret 2019 Tambah Komentar Edit Indentifikasi, Pemilihan, Deskripsi dan Rumusan Masalah PTK, Karakteristik PTK, Hakikat PTK, Pengertian dan Kegunaan. Langsung saja kita coba pelajari wacana kajian teori, hipotesis tindakan serta Metodologi. KAJIAN TEORI dan HIPOTESIS TINDAKAN1. Kajian TeoriDalam membuat rumusan duduk kasus di atas bahwasanya Anda telah melakukan “analisis penyebab masalah” sekaligus membuat “hipotesis tindakan” yang akan diberikan untuk memecahkan duduk kasus tersebut. Untuk melakukan analisis secara tajam dan menjustifikasi perlakuan yang akan diberikan, Anda perlu merujuk pada teori-teori yang sudah ada. Tujuannya sekedar meyakinkan bahwa apa yang Anda lakukan mampu dipertanggungjawabkan secara profesional. Dalam hal ini proses kolaborasi memegang peranan yang sangat penting. Anda juga perlu membaca hasil penelitian terakhir, termasuk CAR, siapa tahu apa yang akan Anda lakukan sudah pernah dilakukan oleh orang lain; Anda mampu mengambil manfaat dari pengalaman orang itu. Manfaat lain yang lebih penting, Anda akan mengetahui trend-trend baru yang sedang diperhatikan atau diteliti oleh para guru di seluruh dunia. Sekarang ini sedang nge-trend pembelajaran yang bernuansa quantum teaching, quantum learning, contextual learning, integrated curriculum, dan competency based curriculum yang semua berorientasi pada kepentingan siswa. Jika penelitian Anda masih berkutat pada donasi drill dan PR biar nilai UAN mereka meningkat, tanpa memperdulikan rasa ketersiksaan siswa, profesionalisme Anda akan dipertanyakan. 2. Hipotesis TindakanLakukanlah analisis penyebab duduk kasus secara seksama biar tindakan yang Anda rencanakan berjalan dengan efektif. Hipotesis tindakan mampu Anda tuliskan secara eksplisit, tetapi mampu juga tidak lantaran pada dasarnya Anda belum tahu tindakan mana yang akan berdampak paling efektif. METODOLOGI1. Setting PenelitianSetting penelitian perlu Anda uraikan secara rinci lantaran penting artinya bagi guru lain yang ingin memalsukan keberhasilan Anda. Mereka tentu akan mempertimbangkan masak-masak apakah ada kemiripan antara setting sekolahnya dengan setting penelitian Anda. 2. Perbedaan Mengajar Biasa dengan CARDalam melakukan CAR program mengajar standar (biasa) berlangsung secara alami; tetapi ada bagian-bagian tertentu yang diberi perlakuan secara khusus dan diamati dampaknya secara seksama. Langkah-langkah menyerupai pembuatan satuan pelajaran, planning pelajaran, lembaran kerja, dan alat bantu pembelajaran lainnya yakni langkah pembelajaran standar, bukan CAR. Asumsinya CAR dilaksanakan oleh guru yang sudah melakukan pembelajaran standar secara lengkap tetapi belum berhasil. Ia akan memodifikasi bagian-bagian tertentu dari pembelajaran standar itu. Bagian yang dimodifikasi itulah fokus dari CAR Anda. 3. Tahap PerencanaanTahap perencanaan CAR sebaiknya hanya menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan CAR. Jika ada perubahan pada satuan pelajaran misalnya, hanya kepingan yang diubah saja yang perlu diuraikan secara rinci. Akan lebih baik jikalau perubahan itu diletakkan dalam konteks satuan pelajaran aslinya sehingga terlihat jelas besar perubahan yang dilakukan. Perangkat-perangkat pembelajaran juga hanya tambahannya yang diuraikan secara rinci. Jika pembelajaran standar telah dilaksanakan dengan baik perangkat pembelajaran yang diharapkan untuk CAR dengan sendirinya sebagian besar sudah tersedia. Yang sering terjadi dalam CAR selama ini pembelajaran standar belum dilaksanakan sehingga CAR menjadi wahana untuk mewujudkan pembelajaran standar. Hal itu terlihat dari latar belakang yang diuraikan secara emosional oleh peneliti, umumnya menggambarkan pembelajaran yang sangat tradisional, buruk, dan di bawah standar. Setelah sekolah mendapatkan pinjaman dana peningkatan kualitas pembelajaran pun uraian latar belakang itu tidak memperlihatkan adanya perubahan yang berarti. Secara tidak pribadi ditunjukkan bahwa perlakuan-perlakuan yang diberikan oleh pemberi dana selama ini berlalu tanpa bekas. Tahap perencanaan mampu memerlukan waktu setengah bulan lantaran harus mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, termasuk di dalamnya yakni penyusunan jadwal, pembuatan instrumen, dan pemilihan kolaborator. 4. Siklus-siklusDalam CAR siklus merupakan ciri khas yang membedakannya dari penelitian jenis lain; oleh lantaran itu siklus harus dilaksanakan secara benar. Siklus pada hakikatnya yakni rangkaian “riset-aksi-riset-aksi- …” yang tidak ada dalam penelitian biasa. Dalam penelitian biasa hanya terdapat satu riset dan satu aksi kemudian disimpulkan. Dalam CAR hasil yang belum baik masih ada kesempatan untuk diperbaiki lagi sampai berhasil. Siklus terdiri dari (1) perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) pengamatan; dan (4) refleksi; dan (5) perencanaan kembali. Yang diuraikan dalam siklus hanya kepingan yang dimodifikasi melalui action reseach, bukan seluruh proses pembelajaran. Modifikasi atau perubahan secara total jarang dilakukan dalam action research yang berskala kelas lantaran bagaimanapun sistem pendidikan secara umum masih belum berubah. Misalnya Anda akan memodifikasi pembelajaran dengan memperbanyak penggunaan carta. Dalam “perencanaan” yang Anda uraikan yakni wacana carta itu saja, contohnya “Tiap pertemuan diusahakan akan ada carta yang digunakan dalam kelas.” Dalam “pelaksanaan” Anda uraikan kenyataan yang terjadi, apakah benar tiap pertemuan mampu digunakan carta, contohnya “Penggunaan carta tiap pertemuan hanya mampu dilakukan selama dua minggu pertama; minggu berikutnya rata-rata hanya satu carta tiap empat pertemuan.” Anda tentu saja mampu mengelaborasi “pelaksanaan” itu dengan menyebutkan carta-carta apa saja yang digunakan, saat-saat mana yang paling tepat untuk penggunaan, siapa yang menggunakan, berapa lama digunakan, berapa ukurannya, di mana disimpan, dsb., dsb. “Pengamatan” didominasi oleh data-data hasil pengukuran terhadap respons siswa, menggunakan berbagai instrumen yang telah disiapkan. “Refleksi” berisi penjelasan Anda wacana mengapa terjadi keberhasilan maupun kegagalan, diakhiri dengan perencanaan kembali untuk perlakuan pada siklus berikutnya. Dalam action reseach selama ini banyak siklus yang bersifat semu, tidak sesuai dengan kaidah yang sudah baku. Inilah kelemahan-kelemahan yang terjadi. Dalam siklus diuraikan semua proses pembelajaran, sehingga tidak mampu dilihat kepingan yang bahwasanya sedang diteliti. Seolah-olah seluruh proses pembelajaran diubah secara total melalui CAR, dan sebelumnya pembelajaran berlangsung secara tradisional, buruk, dan di bawah standar. Tidak jelas apakah perlakuan dalam suatu siklus dilakukan secara terus-menerus selama periode tertentu, sampai data pengamatan bersifat jenuh (menunjukkan teladan yang menetap) dan diperoleh dari berbagai sumber (triangulasi). Sebagai analogi, jikalau selama satu minggu suhu badan pasien memperlihatkan suhu 37,50 C; 370 C; 370 C; 37,50 C; 37,50 C; 37,50 C; dapatlah disimpulkan bahwa kondisinya telah kembali normal. Itu digabungkan dengan data pengamatan lain selama seminggu juga menyerupai perilaku, nafsu makan, dan denyut nadi pasien, yang bersifat triangulatif. Siklus dilakukan tidak berdasarkan refleksi dari siklus sebelumnya. Ada siklus yang dilakukan secara tendensius: siklus pertama dengan metode ceramah, siklus kedua dengan demonstrasi, dan siklus ketiga dengan eksperimen, hanya ingin memperlihatkan bahwa metode eksperimen yakni yang terbaik. Peneliti ini lupa bahwa metode harus disesuaikan dengan karakteristik materi pelajaran. Untuk materi pertama boleh jadi justru metode ceramah yang lebih cocok. 5. InstrumenInstrumen merupakan kepingan yang tidak kalah pentingnya dalam pelaksanaan CAR. Jenis instrumen harus sesuai dengan karakteristik variabel yang diamati. Triangulasi dan saturasi (kejenuhan informasi) perlu diperhatikan untuk menjamin validitas data. Contoh Proses Belajar Mengajar yang dianjurkan pada Kurikulum 2013, mungkin video berikut mampu membantu; Bagikan Artikel ini
Belum ada Komentar untuk "Belajar Menciptakan Penelitian Tindakan Kelas (Ptk): Kajian Teori Dan Metodologi Ptk"
Posting Komentar