Dedy Corbuzier: Seberapa Pentingkah Sekolah Itu?

 sebagai orang renta yang peduli akan pendidikan dan masa depan anak maka kita akan memasukk Dedy Corbuzier: Seberapa Pentingkah Sekolah Itu?Sekolah penting atau tidak?, sebagai orang renta yang peduli akan pendidikan dan masa depan anak maka kita akan memasukkan anak pada sekolah-sekolah yang mempunyai fasilitas baik atau yang mempunyai kelebihan-kelebihan dari yang lain.

Dengan kata lain, jikalau di kota kita terdapat dua atau beberapa sekolah pilihan maka sekolah dengan sekolah dengan pengakuan A (akredirasi sekolah/universitas yaitu tolak ukur perihal mutu dari sekolah/universitas) akan menjadi pilihan yang pertama daripada sekolah dengan pengakuan B apalagi sekolah yang tidak terakreditasi.

Nach dalam memilih sekolah dan pemikiran perihal sekolah, orangtua sebaiknya membaca atau bisa mendengar langsung apa yang disampaikan oleh Dedy Corbuzier tetang sekolah, terkhusus untuk “sekolah made in Indonesia”.

Seperti apa pemikiran Dedy Corbuzier perihal sekolah, mari kita simak;

Sekitar enam tahun yang lalu saya mengadakan seminar di sebuah sekolah ternama, dan hasilnya amat sangat mengguncang sekolah tersebut, karna setelah itu banyak guru dan kepala sekolah yang datang kepada saya memberikan bahwa, apa yang saya sampaikan tidak pantas disampaikan kepada murid yang datang pada dikala itu, karna saya lebih pro ke murid daripada ke sekolah tersebut.

Tapi saya akan memberikan lagi hal ini ke anda supaya anda sanggup mendengarkan apa yang saya sampaikan pada dikala itu walaupun dalam waktu yang singkat karna hanya dalam bentuk suara rekaman suara saya.

Pertama, saya ingin memberikan dulu bahwa sekolah itu,
"Penting". Ok?


Jadi, bukan memberikan bahwa anda tidak harus sekolah, jangan hingga ke sana larinya. Tapi saya ingin memberikan bahwa, walaupun sekolah itu penting,, namun banyak hal yang salah di dalam sekolah; terutama, di Indonesia.

Mengapa?
Begini saja...
Anda pasti tau bahwa berbagai belum bakir balig cukup akal yang buruk nilai sekolahnya atau tidak baik di sekolahnya, tapi besarnya bisa sukses. Sedangkan belum bakir balig cukup akal yang sukses di sekolah, saya tidak memberikan bahwa mereka tidak bisa sukses, tapi berbagai yang akhirnya kerja, menjadi pegawai biasa.

Kenapa hal itu bisa terjadi?
Karna masa depan tidak ditentukan oleh sekolah.
Kalau anda lihat dari, apa sih yang ingin dibentuk oleh sekolah?
Menurut saya hanya satu, sekolah ingin membentuk anak-anaknya menjadi guru.

Jadi, guru matematika, ingin membuat anak-anaknya menjadi guru matematika. Guru sejarah ingin membuat anak-anaknya yang belajar, menjadi guru sejarah. Begitu juga dengan guru-guru lainnya.

Anehnya, kalo kita ambil seorang guru, ambil saja, guru matematika. Lalu, kita beri test perihal geografi, saya berani yakin bahwa ia tidak menguasai geografi. Atau guru kimia, kita test seni rupa, saya yakin guru kimia tersebut tidak bisa melakukan test seni rupa, atau nilainya jelek.. Atau guru seni rupa, kita test olahraga, pasti ia juga tidak bisa olahraga dengan nilai baik.

Lalu mengapa, jikalau guru-guru tersebut tidak bisa melakukan hal lain dengan nilai baik, tapi murid-muridnya dipaksakan menerima semua nilainya baik. Aneh kan???

Kalau gurunya saja hanya menguasai satu mata pelajaran, mengapa semua murid harus menguasai semua mata pelajaran.
Ya, mungkin untuk dasar, katanya.

Tapi, toh ternyata dikala sudah remaja sang guru pun sadar bahwa ia tidak menggunakan atau tidak memerlukan semua ilmu/pelajaran yang diberikan pada dikala ia kecil. Iya tidak???

Karna, pada dasarnya tidak ada manusia yang bisa sempurna dalam segala hal, begitu juga murid-murid.
Murid-murid tidak bisa menguasai semua hal secara baik. Banyak sekali pelajaran-pelajaran yang diberikan dan tidak digunakan dikala dewasa.

Contohnya begini saja, mempelajari peta buta. Saya hingga kini tidak tau kenapa saya harus mempelajari peta buta dikala saya kecil. Saya tidak menjadi hebat geografi, saya juga tidak menjadi tour guide, saya tidak menjadi itu. Lalu buat apa saya dulu mempelajari itu? Kalo saya ingin menjadi seorang tour guide atau saya ingin menjadi seorang jago geografi, mungkin saya harus mempelajari hal tersebut.

Atau, menghafalkan nama-nama gubernur, menghafalkan nama-nama walikota, yang sedangkan walikota atau gubernur berganti setiap berapa tahun sekali.

Jadi, sangat amat tidak masuk akal, menurut saya. Saya tidak tahu kini masih atau tidak harus menghafal nama-nama tersebut. Dulu dikala saya masih sekolah, di SMP atau SMA saya lupa, guru akuntan saya memberikan pada saya, karna nilai akuntan saya jelek.
"Kalau nilai akuntansi kamu jelek, Ded, kamu tidak akan bisa menjadi orang sukses."
O ya? Ternyata saya bisa sukses dan saya bisa membayar akuntan yang bekerja pada saya. Itu yaitu fakta..

Sekarang, begini sajalah, apa sih yang harus dirubah?
Sekolahnya?, Mungkin sistemnya.

Mengapa tidak sejak kecil dikala anak masih dari sekolah SD, kita lihat dulu berapa lama, apa yang ia suka. Lalu kita bagi kelasnya. Kalau anak tersebut suka matematika, berikan pelajaran matematika lebih banyak, jikalau anak tersebut suka sejarah, berikan ia pelajaran sejarah lebih banyak.

Jadi menyerupai orang kuliah tapi sejak kecil. Jadi sejak kecil anak itu sudah dijuruskan kepada apa yang ia suka, bukan dijejalkan dengan semua pelajaran yang ia suka atau tidak suka, harus bisa dan harus hafal. Ada anak dengan rengking satu yang bisa menghafalkan semuanya, tapi begitu ia menjadi dewasa, pikirannya telah terkotaki, kreativitasnya telah buntu, otak kanannya tidak akan jalan.

Kenapa?
Karna yang digunakan hanya otak kiri, menghafal, menghafal, menghafal, menghafal, menghafal. Akhirnya, bukan pintar, bukan cerdik, tapi jago menghafal. Menghafal rumus matematika, menghafal sejarah, menghafal peta buta, dan sebagainya.Dan biasanya belum bakir balig cukup akal tersebut pelajaran olahraganya atau pelajaran seni rupanya buruk karna otak kanannya tidak dipakai.

Anak saya sekolah di sekolah internasional, dan sejak kecil, sejak SD, anak saya sudah diarahkan ke pelajaran mana yang ia lebih suka dan kelasnya lebih banyak. Jadi, kelasnya banyak dan anaknya sendiri yang datang ke kelas bukan gurunya yang datang ke kelas untuk mengajar anaknya.

Lalu bagaimana merubah itu semua???
Memang susah karna sekolah pasti tidak akan ingin merubah. Butuh tahunan untuk merubah itu.
Saya harap satu dikala bisa. Tapi sebelum itu bisa, apabila yang mendengarkan suara saya ini orangtua, dengarkan ini baik-baik.
Apabila yang mendengarkan suara saya ini yaitu anak-anak, minta orangtua anda untuk mendengarkan suara saya, sebentar saja.
Kalau seandainya orangtua mendukung apa yang paling anak sukai dalam mata pelajaran, mungkin ia akan menjadi anak yang lebih berhasil nanti kedepanya.

Bagaimana caranya?
Begini, pelajaran matematika merah, pelajaran seni rupa bagus, kenapa yang harus di lesi di rumah pelajaran matematika? Kenapa memanggil guru matematika untuk memberi les pelengkap matematika?

Tidak perlu kan? Kenapa tidak dilesi sesuatu yang memang anak itu suka! Kalau anak saya pelajaran matematikanya buruk dan pelajaran seni rupanya bagus, saya tentu akan meleskan anak saya seni rupa, supaya bakatnya sudah mulai dikembangkan sejak kecil.Bukan memaksakan hal yang memang mereka
tidak suka.

Kalau seni rupanya jelek, sejarahnya bagus, biarkan pelajaran seni rupanya jelek, pelajaran sejarahnya dibantu orangtuanya di rumah untuk lebih dikembangkan. Memang ada pelajaran-pelajaran yang jikalau nilai anda buruk maka anda tidak lulus ujian atau tidak naik kelas.

Ya, kalo pelajaran-pelajaran menyerupai itu dibantu supaya menerima nilai secukupnya, cukup untuk lulus dan naik kelas tentunya. Tidak perlu sembilan, tidak perlu sepuluh.

Ingat! nilai pelajaran anda tidak memilih masa depan anda, nilai UAS anda tidak memilih masa depan anda, anda rengking satu di kelas bukan berarti anda akan berhasil menjadi manusia kelak dikala anda dewasa, sama sekali tidak berhubungan menurut saya.

Kuncinya yaitu orangtua di sini. Orangtua harus mendukung apa yang anak suka. Kalau ada pelajaran yang jelek, pelajaran yang baik, dukung pelajaran yang baik...

Jangan memaksakan terhadap anak dari yang asalnya pelajarannya buruk menjadi bagus, nilainya sembilan atau sepuluh, tidak penting!
  • Tidak perlu takut untuk menerima nilai jelek!
  • Tidak perlu takut untuk tidak naik kelas!
  • Tidak naik kelas bukan berarti masa depan anda hancur!

Ada lho, anak yang hingga bunuh diri karna ia tidak naik kelas, justru itu yang hancur masa depannya.

Saya, pernah tidak naik kelas. Masalah? Tidak sama sekali.
Orangtua saya marah? Tidak sama sekali pada dikala itu.
Kebetulan orangtua saya berpikiran luar biasa dan moderat, dan tidak semua orangtua bisa menyerupai itu.

Tapi itulah yang saya harapkan dari para orangtua di Indonesia.
Memberikan pertolongan pada anak-anaknya, tidak memarahi anak pada dikala nilai anaknya jelek, tidak menghakimi pada dikala tidak semua pelajaran nilai sang anak menerima yang terbaik. Kita harus mengerti dan mendukung apa yang anak itu suka.

Ingat sekali lagi bahwa,
  • Masa depan anda tidak tergantung pada pandai tidaknya anda di sekolah
  • Masa depan anda tidak tergantung pada anda naik kelas atau tidak naik kelas
  • Masa depan anda juga tidak tergantung dari nilai rapor anda.
  • Masa depan anda bersama-sama tergantung pada kemampuan anda bersosialisasi,
  • Masa depan anda tergantung pada cara dan sikap anda dalam menambah pengetahuan anda setiap harinya dari mana saja. Dari majalah, dari internet, bari buku, dari cerita dari pengalaman-pengalaman orang, dari mana saja yang anda sukai.
Saya punya sobat yang waktu kecilnya dikenal buruk karna suka main game, dan sekarang, ia menjadi pemilik toko game terbesar di Indonesia. Kaya raya.
Masa depan anda, tidak tergantung dari nilai sekolah anda.
Masa depan anda, ada di tangan anda.
Jangan takut untuk menerima merah di sekolah anda.
Kadang-kadang, merah artinya sukses, untuk masa depan anda.

Apa yang disampaikan Dedy Corbuzier diatas sanggup kita jadikan catatan perihal dunia sekolah yang akan dihadapi oleh belum bakir balig cukup akal kita besok. Sebagai pelengkap catatan Bill Gates perihal sekolah ini juga perlu Anda simak Bill Gates: Mendapatkan Gelar Adalah Jalan Lebih Pasti Untuk Sukses.

Jangan Lupa Untuk Berbagi πŸ™Share is Caring πŸ‘€ dan JADIKAN HARI INI LUAR BIASA! - WITH GOD ALL THINGS ARE POSSIBLE😊

Jika ingin mendengarkan pemaparan secara langsung dengan suara Dedy Corbuzier sanggup mendengarnya pada Link Dedy Corbuzier.

Kisah sukses dan bagaimana mulianya Cristiano Ronaldo setelah sukses, mari kita simak;
 sebagai orang renta yang peduli akan pendidikan dan masa depan anak maka kita akan memasukk Dedy Corbuzier: Seberapa Pentingkah Sekolah Itu?

Belum ada Komentar untuk "Dedy Corbuzier: Seberapa Pentingkah Sekolah Itu?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel